Jangan Marah Istriku
Ratna membantingkan piring tepat di hadapanku, saat itu aku benar-benar terkejut dengan tindakannya. Aku tidak pernah melihat istriku bersikap seperti itu. Dengan perlahan aku mencoba mendekati istriku dan bertanya kenapa dia bersikap seperti itu.
"Istriku, apa yang terjadi denganmu, masalah apa yang membuatmu jadi seperti ini?" Tanyaku.
Namun istriku tak menjawab pertanyaanku sama sekali, dia hanya bergumam, menunjukkan raut wajah yang penuh dengan amarah. Namun aku tetap bertanya hal yang sama padanya, dengan perlahan-lahan agar dia tidak semakin emosi. Setelah aku melontarkan pertanyaan yang sama secara terus menerus sebanyak 3 kali, barulah istriku mau menjawab semua pertanyaanku.
"Aku kesal, aku sedih dengan nasib hidupku selama ini setelah aku memutuskan untuk menikah denganmu." Jawab istriku.
Seketika aku terkejut mendengar jawaban dari istriku, aku terdiam dan terpaku seolah-olah aku di tusuk pisau dari belakang, yang membuatku tak menyangka ada serangan yang datang. Namun tak hanya itu, istriku terus mengatakan sesuatu yang gak pernah aku dengar selama ini, dia mengutarakan isi hatinya yang selama ini diam-diam dia pendam.
"5 tahun aku menikah denganmu, tidak pernah sedikit kebahagiaan yang aku dapatkan, aku rela menikah denganmu, meninggalkan semua kemewahan yang aku punya, serta karir yang aku jalani selama aku masih gadis dulu, tapi apa yang aku dapat sekarang, setelah aku menikah denganmu, dahulu aku dengan mudah dapat membeli baju, tas dan sepatu baru walau dengan harga yang sangat mahal, tapi sekarang jangankan barang yang mahal, membeli itu semua saja pun kau tak pernah berikan padaku, dahulu aku dapat dengan mudah makan makanan yang enak, aku tak harus bersusah payah untuk memasak buat mengisi perutku yang lapar, tapi sekarang aku justru harus memasak ini itu, bahkan aku juga harus berpikir keras untuk belanja buat makan sehari-hari, dahulu aku mampu membeli barang apa pun yang aku inginkan, namun sekarang membeli jam tangan saja aku tak mampu, bahkan untuk membeli elektronik keperluan rumah saja aku harus berhemat dulu, agar bisa membeli semua kebutuhan penting itu, aku lelah harus bersabar dalam hal materi, belum lagi mendengar ucapan keluargamu yang selalu mengkritik aku, yang mengatakan aku tak pintar memasak, mengurus rumah, dan aku tak bisa memberikan keturunan buatmu, apa salahku, apa dosaku hidup selama ini, beginikah rasanya menikah?" Istriku bertanya padaku.
Aku melihat wajahnya, dia menangis sambil menutupkan wajahnya, kelihatan dari wajahnya kalau dia benar-benar menyesal karena telah menikah denganku. Aku hanya bisa terdiam saat itu, menundukkan kepalaku dan berpikir kenapa setelah 5 tahun kami menikah, baru kali ini pertama kalinya dia mengatakan semua isi hatinya kepadaku, meskipun demikian aku tak bisa marah kepadanya, karena apa yang dikatakannya itu semuanya adalah benar, dan aku memang tak mampu memberikan apa pun yang dia inginkan selama kami menikah.
"Maafkan aku istriku, aku tidak tau bahwa kau merasakan hal sesakit ini selama menikah denganku, kau tau kalau aku bukanlah orang yang bergelimpang akan harta. Aku juga bukan pria yang mapan, aku hanya pria sederhana yang mencintaimu sepenuh hatiku. Saat ini aku hanya mampu memberikan nafkah seadanya padamu, hanya cukup makan buat sehari-hari kita. Aku sadari akan kemampuanku dan kelemahanku yang tak dapat menandingi kehidupan mewahmu itu, namun aku sangat bersyukur memiliki istri sepertimu, dengan penuh kesabaran kau alami kehidupan susah bersamaku tanpa sedikit pun kau pernah mengeluh kepadaku, kau lakukan tugasmu menjadi seorang istri dengan berusaha keras untuk bisa memasak dan membereskan rumah, meskipun dahulu kau tak pernah melakukan hal itu, kau tetap terus bersabar dan menahan diri untuk membeli barang-barang mewah, demi untuk menyimpan uang buat kebutuhan pokok kita sehari-hari, akan tetapi bukan salahmu jika kita belum memiliki keturunan, kita tidak bisa saling menyalahkan satu sama lainnya, sebab Allah lebih tau apa yang baik buat kita, Allah masih menguji kesabaran kita dengan memberikan kita rezeki yang cukup buat makan sehari-hari dan belum memberikan kita kesempatan untuk memiliki anak, taukah kau, semua keadaan kita seperti ini aku selalu bersyukur, karena Allah memberikan segala nikmat kepada kita, jangan lah kau marah dan emosi ketika ada orang yang mengkritikmu, dengan demikian berkat mereka lah kau bisa lebih pintar memasak dan melakukan segala hal, terima kasih telah menjadi istri yang soleha buatku." Ucapku.
Istriku terdiam, perlahan dia melihatku dengan penuh penyesalan atas segala kemarahannya kepadaku tadi. Namun dia tidak berkata-kata hanya diam memandangi diriku.
"Istriku, pergilah kau sholat, aku yakin kau pasti merasa lebih nyaman setelah kau sholat, sebab jangan biarkan setan menguasai dirimu dengan amarahmu itu, dan marilah kita sholat berjemaah." Pintaku.
Kami pun melaksanakan ibadah sholat berjemaah, setelah kami sholat istriku menyalamiku dan meminta maaf padaku, bahkan dia menangis dalam pelukanku.
"Suamiku, maafkan aku, maafkan aku yang tak pernah mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, aku tau aku penuh dengan kekurangan, karir yang aku banggakan tak kan mampu membuatku menjadi istri yang soleha. Karena itu aku menyadari bahwa Allah memberikan cobaan seperti hanya untuk menguji kemampuan kesabaranku, aku seharusnya bersyukur memiliki suami sepertimu, sebab apa pun kekuranganku kau tak pernah marah ataupun kesal kepadaku, setiap kali kau makan masakan yang tidak enak dari buatanku, kau tetap tersenyum bahkan menghabiskan makananmu demi membuat hatiku senang, dan kau selalu mengajarkanku untuk bisa memasak makanan yang enak, aku sadari tak pernah mengucapkan kata-kata yang kasar seperti itu sebelumnya padamu, hanya saja aku tak tahan mendengar banyak orang diluar sana yang senang mencibir kehidupan kita." Ucap istriku.
Aku pun langsung memeluk erat istriku dan menghapus air matanya.
"Jangan lah kau marah istriku, ini adalah sebagian dari cobaan yang Allah berikan kepadamu dan khususnya kepadaku sebagai imammu." Ucapku.
Saat itu aku jadi bisa lebih memahami isi hati istriku, dan aku merasa lega melihat senyumnya yang tanpa ada sandiwara di dalam wajahnya. Yang selama ini dia lakukan untukku dengan berpura-pura tersenyum bahagia.
Writter by N. Yahya
Related Posts:
Maafkan Aku Istriku
Maya dan ridwan telah menjalani bahtera rumah tangga selama 3 tahun, dan selama pernikahan mereka, belum dikaruniai seorang anak pun. Karena hal itu lah maya selalu saja mendapatkan sindirian dan cibiran selama hidupnya, yang menganggap bahwa maya mandul dan mereka tak dapat memiliki anak. Ridwan sebagai suami pun selalu melimpahkan kesalahan kepada istrinya, penyebab mereka belum dikaruniai anak. Selama menikah maya hidup bersama mertua dan 3 orang adik iparnya, yang hanya menganggap maya sebagai pekerja di dalam rumah, sebab karena maya tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak berkarir.
"Maya, dari tadi kamu belum selesai juga mencuci piring-piring kotor itu, kenapa akhir-akhir ini kamu lamban sekali bekerja nya, adik-adik iparmu sebentar lagi pulang dan mereka pasti kelaparan nanti, sementara kamu belum juga selesai memasak apa pun" celoteh ibu mertuanya.
"Maaf bu, maya lagi kurang enak badan, akhir-akhir ini sering sakit kepala, mungkin tensi maya menurun bu" jawab maya.
"Alah kamu jangan alasan y, kamu tetap harus bergegas, saya gak mau dengar alasan yang buat kamu malas nantinya" ucap ibu mertua maya.
"Baiklah bu" jawab maya.
Meskipun tidak begitu bisa bergerak dengan leluasa, maya tetap berusaha menyelesaikan semua tugasnya dirumah. Namun memang maya juga merasa kurang fit dalam aktifitasnya, entah apa yang terjadi dengan maya, karena itu dia pergi ke dokter dan memeriksa kesehatannya. Maya sempat meminta suaminya untuk menemani dirinya pergi kedokter, namun suaminya menolak dengan alasan sibuk di kantor. Setiba maya bertemu dengan dokter, maya terkejut dengan hasil kesehatannya.
"Dok, saya akhir-akhir ini sering merasa pusing, mual, badan terasa pegal-pegal dan saya tidak fit dalam aktifitas sehari-hari, mungkinkah saya ada penyakitnya dok?" Tanya maya.
"Mari saya cek dulu kesehatannya bu." Ucap dokter.
"Ibu, selamat y, gejala yang ibu alami itu normal untuk wanita yang sedang mengandung" ucap dokter.
"Apa dok? Saya hamil maksudnya dokter?" Tanya maya.
"Iya ibu hamil sudah 3 bulan bu, memangnya ibu gak sadar, selama ini ibu terakhir haid itu kapan?" Tanya dokter.
"Saya tidak begitu ingat dok, sebab saya tidak teratur siklus haid nya" jawab maya.
Dokter memberikan beberapa resep obat dan vitamin yang harus dikonsumsi maya, dan maya pun segera memberitahukan kabar bahagia itu kepada suaminya. Maya sangat bersyukur sebab dia bisa mengandung, dan semua tuduhan yang diberikan padanya tidaklah benar. Sepulang suami maya dari kantor, dia langsung menemui maya dan melihat hasil checkup maya ke dokter, suaminya sangat senang dan segera memberitahukan kepada seluruh keluarganya, namun bukan mereka merasa senang, justru mereka mencibir "ternyata dia bisa hamil juga" respon yang kurang baik dari keluarga tidak membuat maya dan ridwan tidak bersemangat dalam menyambut sang bayi nantinya.
Meskipun dalam kondisi hamil, mertua dan adik ipar maya tidak begitu mau meringankan beban maya dalam urusan kerja rumah, semua tetap di limpahkan ke maya dengan alasan adik iparnya sibuk berkarir dan kuliah, sementara maya tidak berkarir dan tidak kuliah, dan tak mungkin ibu mertua yang sudah tua harus bekerja juga dirumah, dengan alasan seperti itulah yang membuat suami maya tidak menuntut mereka untuk membantu maya.
Selama hamil maya sering mengalami pendarahan, karena kandungan maya yang lemah, namun semangat maya lah yang membuat dia mampu bertahan sampai hingga masa kehamilan 7 bulan. Dan suatu ketika maya merasa keletihan dalam bekerja, maya pun pun pingsan seketika, tidak seorang pun orang dirumah mengetahuinya, sampai pada akhirnya ridwan pulang dari kantor dan menemukan maya dalam kondisi suhu tubuh yang sangat dingin, ridwan pun membawa maya kerumah sakit. Setibanya dirumah sakit, ketika dokter selesai memeriksa maya, dokter segera menemui ridwan.
"Pak ridwan, maaf saya harus memberikan berita buruk ini kepada bapak, bahwasanya istri bapak dalam kondisi yang sangat lemah, saya takut janin di dalam rahim istri bapak juga terganggu nantinya, saya menyarankan untuk mengoperasikan istri bapak, untuk mengeluarkan anak bapak dari kandungan istri bapak." Ucap dokter.
"Tapi istri saya dalam kondisi lemah, dan dia baru mengandung 7 bulan dok, apakah mungkin untuk istri saya melahirkan?" Tanya ridwan.
"Operasi caesar yang kita lakukan sekarang pak, jika bapak mengijinkan tolong tanda tangan berkas untuk proses operasi nya pak." Ucap dokter.
Ridwan pun langsung menandatangani berkas untuk operasi istrinya, entah apa yang terjadi membuat ridwan merasa cemas dan khawatir sekali terhadap maya, sebab ini pertama kalinya dia merasa khawatir terhadap maya selama mereka menikah, dia menyadari bahwa tak pernah memberikan perhatian yang khusus kepada maya. Ridwan memberi kabar kepada keluarganya, namun mereka satu pun tidak ada yang datang kerumah sakit, bahkan untuk menemani ridwan selama proses operasinya maya. Setelah 2 jam ridwan menunggu akhirnya dokter selesai mengoperasi maya, namun dokter berkata kepada ridwan bahwasanya maya membutuhkan banyak darah, sebab maya pingsan sudah 3 jam lamanya, membuat suhu badan maya turun drastis, dan selama proses operasi maya kekurangan darah, dan stok di rumah sakit golongan darah seperti maya telah habis, dan dokter menyarankan untuk ridwan segera mencari keluarga atau orang terdekatnya yang memiliki golongan darah A.
Ridwan menyadari bahwa sari dan sita adiknya memiliki golongan darah A, dia menelpon adiknya, namun mereka menolak untuk memberikan darah mereka, dikarenakan mereka memiliki aktifitas yang sibuk. Ridwan baru menyadari betapa egoisnya seluruh keluarganya itu, entah kenapa terpintas di dalam pikirannya bahwa maya mungkin selama ini terlalu sakit menerima perbuatan dari keluarganya. Ridwan terus mencari dan mencari namun golongan darah A susah sekali didapat, dan tiba-tiba ridwan mendapatkan kabar dari dokter bahwasanya maya dalam keadaan kritis, mendengar kabar itu, aku pun menangis, dan hanya bisa berdoa, agar maya diberikan kesembuhan, dan berharap dia dapat memperbaiki semua kesalahan yang telah dia lakukan terhadap istrinya.
Mendengar pihak rumah sakit mencari golongan darah A, salah satu pengunjung pasien menawarkan darahnya untuk dapat membantu maya, ridwan pun merasa bersyukur karena mendapatkan pendonor darah untuk maya, namun sebelum proses pentransferan darah, maya telah meninggal dunia, rasa tangis yang tak dapat di bendung dari mata ridwan, dan penyesalan dari sang dokter karena tidak dapat menyelamatkan maya, sebab dia sudah banyak kehilangan darah.
"Maafkan kami pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu istri bapak, namun kami hanya bisa menyelamatkan putri bapak, dan sekarang dia juga masih membutuhkan perawatan khusus juga di inkubator" ucap dokter.
Ridwan pun membawa mayat maya kerumah dengan memakai mobil ambulance, sesampainya disana, semua keluarga terkejut melihat maya telah meninggal, namun ridwan hanya bisa diam, dan bungkam tidak ingin berbicara dengan mereka, ridwan pun menelpon seluruh keluarga istrinya, untuk proses pemakaman maya. Setelah maya di makamkan, dan setelah semua keluarga dan warga memberikan doa dan mengadakan tahlilan dirumah ridwan, dia pun langsung kembali ke kamarnya, dan dia mengenang maya, dari foto pernikahan mereka, tempat tidur, bahkan barang-barang peninggalan dari maya, dan ridwan menemukan buku diary milik maya, ternyata semua aktifitas dan perasaan maya selama ini dia tuliskan didalam buku diary nya itu, dan yang paling membuat ridwan tersentuh dan bersedih ketika dia membaca isi tulisan maya.
"Suamiku taukah engkau, aku menikah denganmu itu bukanlah keputusan yang gampang, karena aku pasti akan meninggalkan rumahku, orang tuaku dan adik-adikku juga, aku tinggalkan karirku dan semua yang ada pada diriku hanya demi untuk menjadi istri yang soleha buatmu dan menantu yang soleha buat keluargamu, namun apa yang sudah ku dapatkan, aku menikah denganmu dan belum di karuniai anak itu semua bukan karena inginku, tapi karena Allah belum mengijinkan kita untuk memiliki anak, namun apa yang ku dapat dari keluargamu, hanya cibiran dan hinaan yang mengatakan kalau aku ini mandul, namun tak mengapa, aku tak marah ataupun dendam, sebab ibumu adalah ibuku juga, begitu juga dengan adik-adikmu, mereka adalah adikku juga. Bukan aku tak ingin berkarir, namun engkau lah yang menghentikan karirku, sebab kau tak ingin aku menelantarkan keluarga nantinya, sebagai seorang istri aku harus taat semua perintahmu, namun ibu mu hanya anggap aku sebagai seorang pekerja rumah yang tak mampu berkarir diluar sana, karena aku tidak sarjana. Saat ini aku mengandung, anak ini adalah anakmu dan juga cucu dari keluargamu, namun tidak ada kebahagiaan yang aku lihat dari diri mereka, namun tak mengapa aku tetap semangat menyambut kehadiran anak kita, suamiku aku lelah, aku sakit, aku tak tau harus bertahan sampai kapan, jika aku telah tiada, aku hanya ingin meminta satu hal padamu, tolong beri kebahagiaan pada anak kita nantinya, lindungi dan jagalah dia, sebab aku merasa tak kan pernah bertemu dengannya nanti, selama menikah aku tak pernah meminta apa pun, aku hanya berharap inilah permintaan terakhirku."
Air mata terus menerus mengalir dari diri ridwan, penyesalan yang tak kan membuat maya kembali, dia memutuskan untuk membawa putrinya pindah, dan tak kan tinggal bersama keluarganya lagi, dia tidak ingin kejadian serupa terhadap maya akan dialami oleh anaknya juga.
Writter by N. Yahya
Related Posts:
AyahKu IdolaKu
Dan saat itu aku beserta adikku yang lainnya berjanji setiap kami kerja dan mendapatkan hasil gaji kami, sebagian hasil gaji kami akan kami berikan kepada ibu, untuk meringankan beban ayah dalam mencari uang buat kebutuhan sehari-hari. Dan di setiap hari istimewa ayah dan ibu sebisa mungkin kami memberikan hadiah yang dapat membuat hati mereka bahagia.
Related Posts:
Perjuangan Sang Menantu
Related Posts:
Tipuan Sosial Media
Ya benar karna dengan sosial media anda menjadi malas untuk bersilaturahmi secara langsung dengan orang yang sebenarnya dekat dengan anda (tetangga, saudara, bahkan keluarga). Tanpa anda sadari anda lebih asik dengan gadget dan sosial media anda dari pada datang bersilaturahmi atau mungkin berkomunikasi via lisan dengan kerabat anda.
Bahkan anda bisa lupa pada anak anda, suami anda, istri anda,adik-adik anda, saudara-saudara anda, anda menganggap like kommentar teman-teman sosial media anda lebih penting dari orang-orang disekitar anda..anda akan menjadi tertutup dengan orang-orang disekitar anda
Anda tidak sadar sebenarnya waktu ada terbuang sia-sia dengan mengakses facebook, twitter dan sejenisnya anda mampu berjam-jam didepan gadget anda hanya untuk bersosial media ria, sehingga terkadang anda lupa dengan tanggung jawab anda sebagai manusia kepada tuhan nya. (Kata bijaknya : Facebookan berjam-jam bisa sholat yg cuma 5 menit kadang berat). Dan percaya pada saya 90% pengguna sosial media hanya mengumbar kesia-siaan contoh : membuat status yang terkadang klo menurut saya g penting seperti contohnya :
Bayangkan bagaimana berdosa nya anda..
Ini juga merupakan hal yang paling sering terjadi di dunia maya..Orang bertengkar gara-gara sosial media .. Saling menghujat didunia maya..saling memfitnah didunia maya, saling tebar kebencian didunia maya, saling menyalahkan gara-gara sosial media..saling maki-makian bahkan bunuh-bunuhan karna sosial media Ini menurut saya hal paling g penting didunia..masih banyak hal yang bisa dilakukan.
Ini adalah dampak dari anti sosial tadi yang saya sebutkan diatas..syndrom sok ini terjadi karna anda terlalu yakin dunia maya dan dunia nyata itu sama..sebenarnya sangat bertolak belakang..anda bahkan bukan siapa-siapa didunia nyata walaupun anda kelihatan hebat didunia maya..rata-rata orang yang terlalu aktif di dunia maya merupakan anak kuper, kutu buku, kesepian dan sejenisnya sehingga dia membuat sosial media sebagai pelarian nya karna ketidak mampuan nya.
Banyak orang berkedok di sosial media mungkin anda salah satunya.. Berkedok ustad padahal bandit, berkedok cowok baik-baik padahal penjahat wanita, berkedok gadis padahal janda, berkedok wanita padahal laki-laki, berkedok bijaksana padahal g bs apa-apa, berkedok cantik padahal karya kamera 360, berlagak pintar padahal bodoh , berlajgak kaya padahal miskin, belagak muda padahal tua dan masih banyak kedok-kedok lain nya..
Seperti lagu "kedok ngorek kedok ngorek pinggir2 kali..teok tekdung teok tek dunf teok..teok ..tek dung" (^_^).
Anda bisa jadi siapa saja di sosial media..menjadi siapapun yg ingin anda mau disini tapi anda akan kehilangan jadi diri anda sebenarnya karna terlalu banyak menjadi "Wanna Be.."
Iya benar sosial media membuat anda miskin kreatifitas, miskin ide, miskin uang (karna abis buat beli paket..kadang lebih mentingin paket data internet dibandingkan makan)... Miskin iman karna banyak hal-hal yg bisa membuat hancur keimanan di sosial media...miskin saudara, miskin teman nyata, miskin kebijaksanaan, Miskin hal-hal nyata..bahkan anda bisa miskin rasa kemanusian karna sosial media..
Related Posts:
Suamiku Hebat
Namaku Linda, aku baru menikah 6 bulan yang lalu, selama pernikahanku, selalu aku merasakan kebahagiaan bersama suamiku. Aku sangat bersyukur memiliki suami sepertinya, semenjak kami menikah, tak pernah sedikit pun aku merasakan kekurangan kasih sayang darinya, terlebih lagi semenjak kami menikah, aku harus keluar rumah dan ikut dengan suamiku keluar kota. Berada diluar daerah tempat aku tinggal merasa asing bagiku, lingkungan dan masyarakatnya semuanya asing, namun suamiku selalu mendampingiku, dan tidak pernah merasa bosan selalu berada di dekatku.
Dari awal menikah, kemana pun aku pergi selalu di temani suami, tidak banyak ada suami yang selalu mau menemani istrinya kemana pun istrinya pergi, terlebih lagi kalau hanya untuk pergi belanja ke pasar untuk kebutuhan memasak dirumah, namun suamiku selalu menemaniku bahkan membawa belanjaan yang aku beli, dia tidak ingin aku yang membawa belanjaan itu semua, justru dia lebih senang kalau dia sendiri yang membawanya.
Tidak hanya itu suamiku juga selalu membantuku dalam urusan rumah, meskipun dia lelah dengan pekerjaannya diluar sana, dia selalu membantuku untuk mengerjakan pekerjaan rumah jika aku sedang sakit, justru dia selalu menyarankan aku untuk istirahat tidur di kamar dan membiarkannya yang menyelesaikan rumah, meskipun demikian sebagai seorang istri, aku tak ingin membiarkan suamiku yang mengerjakan semua pekerjaan yang seharusnya aku kerjakan. Aku lebih menyukai melakukan pekerjaan rumah bersama-sama meskipun kondisiku sedang sakit, namun tetap saja suamiku marah dan tak ingin aku tambah sakit, dia menyuruhku untuk duduk diam, hanya memberikan arahan apa-apa saja yang harus dia kerjakan, seperti memasak, apa saja bumbu yang harus dipersiapkannya, dan apa saja yang harus dimasak.
Hebatnya suamiku yang semakin membuatku cinta padanya, perhatian dan kasih sayang yang di berikannya padaku, membuatku semakin jatuh cinta padanya, bahkan di setiap harinya cinta itu semakin lama semakin tumbuh di dalam diriku ini. Berkat cinta yang selalu dia berikan padaku, selalu tercipta suasana hangat dan romantis dirumah, meskipun sebenarnya suamiku itu bukan tipe pria romantis.
Tidak hanya cinta dan perhatiannya, bahkan dia mampu meringankan rasa rinduku terhadap keluargaku di kampung sana, dengan sikap dan tingkah lucu dan jahilnya yang selalu dia lakukan seperti aku bersama dengan ayah dan adik-adikku disana. Kami tinggal hanya berdua, tapi aku bisa merasakan kalau aku sedang bersama dengan keluargaku juga, sebab suamiku selalu memberikan yang terbaik buatku, merasakan cinta, kasih sayang dan perhatiannya di setiap hari-hariku.
Aku hanya bisa berharap kehangatan ini tidak akan hilang seiring berjalannya waktu, aku hanya berharap dapat merasakan kehangatan dan keharmonisan selalu dalam hidup kami, meskipun kami hidup tidak bergelimpang harta, tapi aku bangga memiliki suami bergelimpang kasih sayang, sebab dapat merasakan suka, duka, senang dan sedihku selalu bersamanya.
Hebatnya suamiku yang bukan hanya menjadi imam dalam rumah tangga kami, suamiku juga menjadi teman disaat aku ingin curhat, menjadi sahabat yang selalu ada untukku yang mampu menghapus air mataku dikala aku bersedih dan mampu membuatku senang dikala aku merasakan kesepian. Aku bersyukur kepada Allah sebab aku memiliki suami hebat seperti ini.
Writter by N. Yahya
Related Posts:
Surat Terakhir Ayah
Related Posts:
Pengorbanan Seorang Istri
kata-kata itu selalu ia ucapkan pada kekasihnya itu. Gadis itu benar-benar mencintai seseorang yang sepantasnya ia pangil paman. Begitu cintanya ia kepada laki-laki itu sampai ia rela lakukan apa saja asal bisa bersama denganya. Tidak perduli dengan apapun.
"Aku mencintaimu, tapi maaf tidak bisa menikahimu."
Entahlah. Berkali-kali laki-laki itu mengucapkan kata cinta tetap saja banyak keraguan didalam hati gadis itu. Dalam benaknya hanya terpikir kalau laki-laki itu hanya ingi mempermaninkanya.
"Kau tahu aku milik orang lain, tapi mengapa tetap memaksakan hubungan ini?"
gadis kecil itu tidak pernah bisa menjawab, mengapa ia selalu memaksakan hubungan yang sudah jelas akhirnya. hanya sebuah kalimat kecil yang selalu menyertai jawabanya. "Karena aku cinta."
Hari dimana mereka harus berpisah semakin dekat. hari itu begitu menyakitkan untuk gadis itu. ia selalu memohon pada kekasihnya agar selalu menemaninya di hari-hari terakhirnya bersama kekasihnya itu.
"Temani aku ya, tiga hari ini saja. setelah itu semuanya berakhir."
kekasihnya tidak pernah menjawab iya ataupun tidak. hanya seperti mengantungkan harapan pada gadis itu.
"Kalau bukan karena cinta." gadis itu mulai meneteskan air mata "Temanilah aku karena kau kasihan padaku."
Tapi entah mengapa kekasihnya tetap saja tidak bisa menemaninya, bahakan hingga hari terakhir dia berada disana kekasihnya tetap diam dan tidak menemuinya.
"Mengapa kau seperti ini kepadaku? apakah aku benar-benar tidak ada artinya untukmu. apakah tidak ada sedikitpun cinta untukku. mengapa kau tidak mau menemuiku. padahal esok kita akan berpisah."
Entah sudah berapa banyak air mata yang telah ia buang untuk kekasihnya itu. ia merasa saat ini cintanya pada laki-laki itu benar-benar tidak ada artinya. sedikitpun laki-laki itu tidak perduli dengan perasaanya.
Kini ia hanya tinggal menghitung jam sampai pagi menjelang dan semuanya berakhir.
"Tuhan, mengapa aku begitu tidak ikhlas kehilangan nya. Padahal Engkau sudah memperingatkanku untuk jangan mencintainya. Bahkan akupun tahu dia takan pernah menjadi milikku." Jarum panjang pada jam dinding itu masih terus berputar. dan entah mengapa lajunya semakin cepat. Beberapa saat kemudian handphone gadis itu berdering.
"Aku didepan rumahmu, keluarlah."
gadis itu berlari kencang keluar rumah, berharap kali ini benar-benar kekasihnya yang ada diluar sana.
Ya, memang dia. berdiri menunduk didepan mobilnya. entahlah, wajahnya tak begitu nampak. apaka dia sedih atau senang gadis itu tidak pernah tahu.
Jam menunjukan pukul 11.45 pm. Malam ini terasa begitu dingin, tapi gadis itu hanya berlari pergi mengejar kekasihnya hanya dengan sandal jepit dan celana pendek serta baju tipisnya.
"Kau tidak ada baju lain?"
gadis itu hanya menggeleng.
"Kenapa tidak pakai jaket?"
"Semuanya sudah kumasukkan dalam koper."
Dia masih tetap diam. tidak banyak kata yang dia ucapkan malam itu.
"Kau tidak mau memelukku?" gadis itu menatap kekasihnya pelan.
"Tidak."
"Kenapa?"
"Tidak ada."
"Kau tidak mencintaiku?"
"Aku cinta padamu."
"Tapi mengapa kau terus menyakitiku?"
"Karena kau juga menyakitiku."
"Aku, menyakitimu? apa, apa yang membuatmu tersakiti."
"Sudahlah, kita ganti topik saja!!" wajah laki-laki itu tampak sedikit marah dan kesal.
"Kau tidak pernah menyayangiku. kau lebih suka melihatku menangis kan." air mata itu sudah terlalu sering dibendung. air matanya sudah tidak tertahan lagi. semua yang ia rasakan pada kekasihnya ia katakan begitu saja tanpa perduli dengan apapun.
"Kau senang aku pergi, karena kau bisa dengan mudah dapatkan pengantiku."
semuanya, semuanya sudah diucapkan. bahkan gadis itupun lupa apa yang tadi ia ucapkan pada kekasihnya.
"Ya semuanya benar!!" laki-laki itu tampak begitu marah. " Kau benar, aku tidak mencintaimu, tidak menyayangimu, aku hanya memanfaatkanmu, dan ya semuanya benar bahwa aku hanya orang jahat. kau puas!!!"
kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan gadis itu tanpa seutas senyumpun untuknya. Matahari mulai nampak. koper-koper itu tampak begitu besar dan berat. Semua kawan-kawannya sudah bersiap didepan rumah hanya tiggal gadis itu.
"Datanglah sebentar saja kerumahku. Sebentar saja." air mata itu terus mengalir. "Kumohon."
"Aku tidak bisa. aku harus bekerja."
"Sebentar saja."
kekasihnya tidak banyak bicara dan segera mematikan teleponya.
Sesaat kemudian sebuah pesan singkat masuk ke handphone nya. Maaf aku tidak bisa datang. Pulanglah. Suatu hari nanti aku pasti akan menemuimu. aku mencintaimu.
Kenapa begitu. kenapa laki-laki itu begitu jahat pada gadis itu.
yang bisa dilakukan gadis itu hanyalah memohon agar kekasihnya bisa datang.
tapi tetap, kekasihnya tidak pernah datang.
"Tuhan, aku benar-benar tidak ikhlas dengan semua ini. kalau Kau sayang padaku, Tuhan. tunjukan padaku kalau dia benar-benar mencintaiku. Perlihatkan padaku kalau ada aku dihatinya."
Bus itu melaju cepat menuju Airport, hinga Doaaaaaaarrrrrrr.... sebuah kecelakan besar menumbangkan bus itu.
4 dari 13 orang penumpangnya mengalama cedera berat, termasuk gadis itu. 7 buah mobil ambulan datang dengan cepat dan mengantarkan mereka ke rumah sakit terdekat.
gadis itu tampak tidak merasakan apa-apa padahal lukanyalah yang paling berat. dia hanya terbaring diam melihat keadaan disekitarnya. hinga seseorang datang dengan berlari dan segera memeluknya.
"Apa yang terjadi padamu?"
gadis itu tetap dia, kini dia bisa merasakan lukanya, begitu sakit, pedih dan sangat menyiksa.
"Dengarkan aku. semuanya akan baik-baik saja. dokter akan menolongmu."
wajah laki-laki itu tampak begitu khawatir.
"Aku, tidak ingin pergi." suara gadis itu terbata-bata "Tidak ingin meninggalakanmu."
"Kau tidak akan pernah meningalkanku dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu."
"Sa-kit... disini sakit." gadis itu mengengam dadanya kencang, seraya mengisyaratkan sesuatu.
"Semuanya akan baik-baik saja. aku tidak akan meningalkanmu."
gadis itu mulai tersenyum tipis.
"Kau mau kita berpisah kan, sekarang kita akan berpisah. Tuhan tidak mau kita bersama. Dia ingin aku menemaniNya. karena kau tidak bisa menemaniku." Senyum gadis itu semakin melebar tapi wajahnya masih tampak kesakitan. "Kau mau aku pulang kan, aku akan pulang tapi kau tidak bisa menemuiku lagi."
laki-laki itu hanya terdiam. matanya mulai memerah.entah apa yang kini bergejolak dihatinya. begitu pedih dan menyakit.
"Sayang, Pernahkah Kau mencintaiku seperti aku mencintaimu?"
tubuh gadis ini begitu dingin. denyut nadi dan detak jantungnya mulai tak terdengar. darah segar masih terus mengucur dari hidung dan kepalanya. dan senyum manisnya dibibirnya menemani matanya yang kini mulai tertutup.
Entahlah harus berapa kali kukatakan bahwa aku mencintaimu.
Entahlah apa yang harus kulakukan agar kau percaya aku menyayangimu.
Kau tahu kita takkan pernah bisa bersama, tapi kau terus memaksakan semuanya.
Kau tahu aku tidak akan bisa melihatmu pergi tapi kau terus memaksaku untuk datang.
Sekarang kau benar-benar meningalkanku dan berkata bahwa aku bahagia tanpamu.
Penahkah aku mencinkaimu seperti kau mencitaiku?
Aku pernah mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu dan cintaku lebih besar dari cintamu kepadaku.
Related Posts:
Maafkan Aku Suamiku
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan- alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan.Rasa sensitif- nya kurang. Dan ketidak mampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal. Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
"Mengapa ?", tanya suami saya dengan terkejut.
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan," jawab saya.
Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?
Dan akhirnya suami saya bertanya," Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu ?"
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya:
Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya ?"
Dia termenung dan akhirnya berkata,"Saya akan memberikan jawabannya besok."
Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan.
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."
Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.
"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ' teman baik kamu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal."
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi aneh'.
Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah at au meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."
"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi,terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu.
Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."
"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah.
Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."
"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian saya."
"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu.Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tida k cukup buat kamu,saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu."
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk
terus membacanya.
"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."
"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini,Sayang,biarkan saya masuk untuk membereskan barang- barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia."
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang coklat dan ice cream kesukaan saya.
Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.
Related Posts:
Ayah Berhentilah Merokok..Ku Mohon.!!
Ayahku adalah lelaki penyayang. Ia tak tega melihat makhluk apapun tersakiti. Membunuh seekor semutpun ayahku tak tega. Beberapa kali halaman rumah didatangi ular. Bukannya membunuh ular tersebut, Ayah malah mengobrol dengan ular tersebut sambil menunjukkan jalan keluar dari halaman rumah. Begitu juga dengan tikus yang kadang datang mengganggu. Ayah tak pernah mau memasang perangkap atau meracun. Kasihan, kata ayah. Waktu Ibu sedang mengandung aku, Ayah pernah menolong seekor kucing yang hamil tua dan sedang mencari tempat untuk melahirkan. Kata ibuku, sejak itulah di rumah nenekku banyak kucing.
Ayah tak suka jalan-jalan. Hobi Ayah adalah membaca. Hobi ini menular pada kami, anak-anaknya. Kalaupun Ayah mengajak kami jalan-jalan, maka tempat yang dituju adalah toko buku, pameran buku, ya tidak jauh-jauh dari buku. Kalau aku, adikku dan Ayah sudah memegang buku, sepertinya tak ada yang menarik lagi di dunia ini.
Meski tegas dan disiplin – kadang terkesan otoriter, Ayah sebenarnya demokratis. Ketika aku masih duduk di bangku sekolah, hampir tiap malam kami berdiskusi tentang apa saja. Ayah tak gengsi mendengarkan pendapat kami. Satu hal yang tak bisa disepakati Ayah, yaitu masalah rokok (dulu ayahku perokok). Tiap kami menasehati ayah agar berhenti merokok, kami selalu kalah argumen. Macam-macam alasan Ayah. Satu yang menurutku paling aneh, yaitu ayah merokok karena setia kawan! Kata Ayah, sungguh tidak enak kalau sedang berkumpul dengan teman-teman yang semuanya merokok, lalu kita tidak merokok. Rasa gimana…gitu. Aku hanya geleng-geleng kepala.
Ayah sudah sering dinasehati oleh dokter agar berhenti merokok karena ayah sering mengalami serangan sakit dada mendadak. Waktu itu, aku belum tahu teori tentang perokok pasif yang justru lebih menderita daripada perokok aktif. Yang kutahu hanyalah ayahku perokok, ayahku sakit dada, ayahku harus berhenti merokok. Aku belum tahu penjelasan ilmiah tentang rokok semisal kandungan nikotin dan kawan-kawannya itu. Aku juga belum membaca referensi tentang cara berhenti merokok dan cara menolong orang agar bisa berhenti merokok. Aku juga belum tertarik untuk mempelajari hukum merokok menurut agama. Aku pun belum pernah melakukan hitung-hitungan andai uang rokok ayahku dikumpulkan untukku saja. Aku belum terpikir semua itu. Yang ada dalam pikiranku saat itu hanyalah aku mencintai ayah, aku tak mau ayahku mati gara-gara rokok.
Lalu sore itu, menjelang azan maghrib berkumandang seperti biasa, kami ngobrol-ngobrol bersama Ayah. Aku berkata, “Ayah, seandainya aku meninggal, aku meminta satu permintaan terakhir, apakah ayah akan mengabulkan?” tanyaku.
“Memangnya kau mau minta apa?” tanya Ayah.
“Aku minta, Ayah berhentilah merokok… Ya, Yah. Jangan lupa, ini pesanku kalau aku mati duluan” Entah darimana aku dapat kalimat tersebut. Yang jelas, sebagai anak-anak pada saat itu aku sudah kehabisan bahan untuk menasehati Ayah.
Subhanallah. Sungguh ajaib, sejak itu, Ayahku benar-benar berhenti merokok. Hari ini belasan tahun telah berlalu, tak jarang ibuku mengungkit cerita lama tersebut sambil berkata, “Tuh, Ayahmu tak mau mendengarkan kata-kata Ibu, tapi mendengarkan anak-anaknya mau aja”
Aku suka tersenyum sendiri jika mengingat peristiwa tersebut. Apakah sebenarnya yang membuat ayahku berhenti merokok? Aku tak pernah menanyakannya, dan aku tak ingin bertanya. Biarlah aku merasa senang dan bangga dengan satu simpulan yang kuukir sendiri bahwa ayahku berhenti merokok karena ia tahu aku mencintainya dan karena ia pun mencintai kami, anak-anaknya.
Related Posts:
Tangisan Ibu
Related Posts:
Fitnah
Taukah kita apa artinya fitnah?
Sebagian banyak orang di dunia ini pasti sudah mengetahui apa itu fitnah, dan juga pernah merasakan fitnah, tapi meskipun demikian tidak jarang sekali orang melakukan fitnah untuk mendapatkan sesuatu hal yang di inginkannya.