Setiap hari nita dan rida selalu saja menyisahkan nasi yang mereka makan di piring. Ibu mereka sudah berkali-kali menasehati mereka, namun tak sedikit pun mereka indahkan ucapan dari ibu mereka, maklum saja mereka masih usia 10 dan 9 tahun, jiwa mereka masih labil, hari ini menyesal, tapi besok dan lusa pasti mereka melakukan kesalahan yang sama lagi, sampai suatu ketika ibu mereka menceritakan kisah seorang petani dan seorang pengemis.
"Rida, nita kemari sebentar, ada yang ingin ibu sampaikan" ucap ibu mereka.
Kemudian rida dan nita pun menghampiri ibu mereka, dan duduk tepat disampingnya.
"Kalian tau, asal usul nasi itu dari mana?" Tanya ibu mereka.
"Tidak ibu" serentak rida dan nita menjawabnya.
"Nasi itu berasal dari beras, dan beras itu berasal dari padi yang di tanam oleh para petani, tau kah kalian berapa lama petani itu harus menanam padinya hingga dapat diproses menjadi beras? Mereka harus menunggu dalam waktu yang cukup lama, berbulan-bulan mereka merawat dan menjaga padi itu agar dapat di panen menjadi beras, mereka menjaganya dari hama dan burung yang senang hinggap di padi mereka, taukah kalian begitu banyak keringat dan waktu yang para petani keluarkan untuk mengubah padi menjadi beras, dan sekarang coba kalian lihat keluar (sambil menunjuk ke arah pengemis yang mengais nasi di sekitar sampah), dia tidak memiliki cukup uang untuk dapat membeli nasi, karena itu dia mengais nasi yang masih dapat dia makan untuk mengisi kelaparan di perutnya, kalian seharusnya harus lebih bisa bersyukur, sebab Allah memberikan kalian nikmat rejeki, kalian masih bisa makan nasi, bahkan lauk pauk yang enak dan lezat, belum tentu orang diluar sana bisa mendapatkan apa yang kalian dapatkan, namun tak pernah kalian merasa bersyukur, selalu saja kalian menyisahkan nasi yang kalian makan, coba kalian berpikir jika kalian menjadi seorang petani, dan pengemis itu.
apa kalian tidak ada sedikit pun merasakan sedih? Si petani pasti sedih karena kalian membuang hasil keringat yang dia keluarkan selama ini, sementara si pengemis merasa sedih, sebab dia tak dapat makan nasi, tapi kalian justru membuang nasi, cobalah dari sekarang belajar bersyukur, dan jangan pernah membuang nasi lagi nak, kalau saja nasi itu bisa berbicara dia akan meminta kalian untuk tidak membuangnya, justru untuk memberikannya kepada orang lain." Ucap ibu mereka.
Namun seperti biasa dari nita maupun rida mereka hanya bisa diam dan cuma menjawab satu kata "iya bu." Tapi entah apa yang terjadi malamnya nita dan rida mereka bermimpi bahwa ada sekumpulan nasi yang menghampiri mereka, nasi-nasi itu marah dan menangis, menuntut rida dan nita untuk tidak menyia-nyiakan mereka lagi, kumpulan nasi itu menghampiri di sekujur tubuh rida dan nita, saat itu mereka teriak dan meminta tolong, ketika ibu mereka mendengarnya, dia langsung masuk ke kamar rida dan nita, ibu mereka membangunkan kedua putrinya itu, dan seketika rida maupun nita menceritakan mimpi yang mereka alami bersama, dan mereka pun berjanji untuk tidak menyisahkan makanan maupun nasi lagi, mereka benar-benar menyesali perbuatan yang mereka lakukan selama ini.
Keesokan harinya rida dan nita mengambil nasi sesanggup mereka makan saja, dan selebihnya mereka memberikan nasi dan lauk pauknya kepada pengemis yang biasa mengais sampah di sekitar rumah mereka, dan pengemis itu sangat bersyukur sebab dia tak perlu harus mengais sampah lagi untuk mencari nasi yang bisa dia makan.
Writter by: N. Yahya
0 Response to "Tangisan Sang Nasi"
Post a Comment