Aku Sayang Bunda

di rumah yang amat sederhana, tinggal seorang gadis cantik bersama bundanya yang sudah lanjut usia ayahnya  sudah meninggal dunia sebab kecelakan maut menimpanya, ketika itu putri masih berumur 2 tahun. tapi, hidup mereka amatlah bahagia putri sangat bahagia sebab masih  memiliki bunda yang masih menyanyanginya dan bundalah yang selalu ada di setiap putri dalam keadaan sedih maupun senang.

hari semakin berlalu putri tumbuh menjadi seorang gadis yang mulai ingin mencicipi sesuatu yang baru. ketika ia  sudah lulus sma, putri ingin sekali melanjutkan kuliahnya di sebuah fakultas hukum terbesar di medan dan akhirnya keinginannya itupun tercapai ia menerima behasiswa atas prestasinya selama ia bersekolah, dengan rasa bahagia putri pun meminformasihukan kabar gemaraka itu kepada bundanya.
“bunda, putri ingin melanjutkan kuliah di sebuah fakultas hukum di medan. boleh ka bunda?” tanya, putri
“anakku, kamulah satu-satunya harta bunda yang amat berharga. apakah kamu tega meninggalkan bunda sendirian di sini?” jawab bunda dengan sedih.
“tapikan bunda aku ingin sekali kuliah di sana bunda, putri janji dua atau tiga kali sebulan putri akan pulang ke rumah menjenguk bunda!”
“anakku sayang tidak mampu ka kamu kuliah di sini saja, bunda takut sayang harus berpisah jahu bersamamu!”. sambil memeluk putri
“bunda aku juga sayang sama bunda dan putri juga tidak ingin perpisah jahu bersama bunda, tapi bunda putri ingin mengejar cita-cita putri.”
“anakku sayang bukannya bunda melarang putri mengejar cita-cita, tapi bunda khawatir sayang nanti kalau putri sudah jadi pbagus ke medan, siapa yang akan menjaga putri di sana?” tanya bunda.

aku sayang bunda
bunda, bunda tidak usah khawatir putrikan mampu jaga diri. apalagi putri pernah ikut karate di kampung malahan putri pernah juara satu lomba karate! jadi kalau ada yang berani mengganggu putri nanti di medan, putri akan mengeluarkan jurus ampuh putri yang dapat membuat orang-orang lari secepat mungkin dan takkan berani lagi kembali menganggu putri..!! sambil tertawa menghibur bundanya.
“ anakku, kalau memang itu sudah jadi pilihanmu. bunda hanya mampu pasrah sebab bunda tak ingin melihat anak bunda nantinya kehilangan cita-citanya” sambil mencium pipi anaknya.
“terimah kasih bunda!”. sambil tersenyum bahagia dan memeluk bunda.

malam mulai larut menerangkan waktunya untuk istirahat, putri dan bunda akhirnya memilih untuk beristirahat sebab masih ada hari esok yang cerah menanti kebahagiaan mereka. di dalam kamar putri masih belum mampu tidur ia masih teringat akan dunia baru yang akan dia temui esok hari, ia sangat senang sebab keinginanya untuk kuliah di sebuah fakultas hukum terbesar di medan yang sangat ia mimpi-mimpikan akhirnya menjadi kenyataan, tapi di samping itu ia juga sangat sedih akan berpisah jauh bersama bunda yang ia sayangi dan sahabat-sahabatnya yang selalu menemaninya.

hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh putri  sudah tiba untuk pergi ke medan, sebelum berangkat bunda menyampaikan bekal dan sejumlah uang untuk putri di medan.
“anakku jaga dirimu di sana dan jangan lupa tetaplah berdoa dan sholat sesibuk-sibuk dirimu sayang, sebab bunda percaya allah selalu ada di setiap kita melangkah dan selalu menjaga hamba-hambanya!” sambil memeluk anakknya untuk melepas kepergian anak gadis satu-satunya.
“ia bunda putri akan selalu ingat pesan bunda, dan putri janji akan menjenguk bunda setiap bulan. putri berangkat dulu bunda, bunda jaga diri di rumah dan kalau bunda rindu sama putri bunda mampu menelfod kapan aja.”
“ia sayang bunda akan selalu menelfod putri, hati-hati sayang di jalan!”.
“assalamu’alaikum…” sambil mencium tangan bunda dan pergi meninggalkan bundanya.
“waalaikum salam..” jawab bunda.

putripun berangkat meninggalkan bundanya dan kampung halamannya, putri menaikki bus jurusan medan. dia duduk di daerah duduk paling belakang di sampingnya ada seorang bapak-bapak separuh baya tapi wajahnya masih segar di lihat. ketika putri sedang membaca novel “bumi cinta”, tanpa sepengetahuannya ada seorang anak kecil mencoba mengambil dompet putri dari tas. untung aja bapak-bapak yang ada di sampingnya melihat anak tersebut,akhirnya anak itu tidak jadi mengambil dompet putri.
“hai, dasar pencopet berani-beraninya kau mengambil dompet orang..!!” tegas bapak itu sambil marah.
“ada apa ini pak, apa yang terjadi?” tanya putri dengan muka ketakutan.
“ini saudara termuda, anak nlogika ini ingin coba-coba mengambil dompet saudara termuda di tas”. jawab bapak tersebut.
“benarkah itu adek?” tanya putri mengalihkan wajahnya ke anak tersebut.
“benar kak, maafkan saya? sambil tertunduk
“kenapa kamu melakukan perbuatan itu saudara termuda, apakah saudara termuda tidak tahu apa yang saudara termuda lakukan itu dosa dan sangat di benci oleh allah.?” sambil memeggang pundak anak tersebut.
“saya terpaksa kak melakukan perbuatan ini, sebab saya membutuhkan uang untuk pengobatan ibu saya yang sedang sakit di rumah. saya tidak tahu lagi mesti kerja apa lagi kak, jalan satu-satunya cuman ini kak. maafkan aku kak?” menundukkan kepalanya.
“subahanallah, absolut kamu sangat menyanyangi ibumu yhaa, hingga-hingga kamu rela melakukan perbuatan dosa ini demi penyembuhan ibumu.” penuh keharuan.
“demi ibu, saya rela melakukan apa aja demi kesembuhan ibu saya kak, sebab hanya ibulah satu-satunya yang saya punya kak.” kata anak itu
“nak kamu tinggal dimana ?” kata bapak yang di sampingku.
“saya tinggal di dekat pasar tradisional yang ada tak jahu dari terminal pak.” jawabnya.
“kalau begitu pulanglah nak ibumu absolut sangat membutuhkanmu di rumah apa lagi ibumu sedang sakit.” kata bapak itu dengan menyampaikan uang 200.000 kepadanya.
“terimah kasih pak, bapak sangat baik. kalau begitu aku permisi pulang dulu, assalamu’alaikum.. (pulang)
“waalaikum salam..”

saya pun duduk kembali memperbaiki dudukku begitupun bapak yang tadinya  sudah membantuku, kalau tidak ada dia mungkin dompet saya  sudah di ambil oleh anak tadi. tapi dariperistiwa tadi saya teringat sama bunda di rumah, apakah bunda baik-baik saja di rumah?, apakah bunda sudah makan di rumah?, apakah ada yang menemani bunda di rumah? begitu banyak pertanyaan yang melintas di pikiranku, aku sangat merinsedihn bunda. tiba-tiba bapak itu memecahkan lamunanku.
“apa yang sedang saudara termuda pikirkan?” tanyanya kepadaku.

sejenak aku termembisu. “ saya sedang memikirkan keadaan bunda saya di kampung pak!”
“ohhh… memang saudara termuda ini mau kemana?” tanyanya lagi kepadaku.
“saya mau ke medan pak, ingin melanjutkan kuliah saya di fakultas hukum yang terbesar di medan.” jawabku.
“kebetulan dik, bapak punya sahabat yang mengajar di sana namanya prof. doctor ahmad. sapatahu mudau mampu membantu saudara termuda nantinya di sana, apakah saudara termuda ingin di perkenalkan dengan mudau?”. menyampaikan tawaran kepadaku
“iya pak , terimah kasih atas bantuan bapak”. dengan muka senyum
“kalau begitu, bapak minta alamat saudara termuda dan nomor hp saudara termuda. biar bapak mampu menghubungi saudara termuda.”
“saya belum punya alamat pak, sebab saya juga baru mau cari kontrakan atau asrama cewek sebentar. kalau nomor hp saya punya pak.” sambil menyampaikan nomor hpnya.
“kalau saudara termuda mau, saudara termuda mampu tinggal di kontrakan bapak kebetulan kontrakan bapak lagi kosong. kalau saudara termuda berminat nanti saya tunjukkan jalan kesana.” seraya menunjukkan.
“terimah kasih pak!”. sahutku
“nanti kita turun di depan!” sambil menunjuk kearah depan.
“iya pak!”

tak lama kemudian akhirnya kami pun hingga di tujuan, saya dan bapak tersebut turun dari bus dan berjalan menuju kontrakan yang akan saya tinggali selama saya tinggal sementara di medan. kami pun masuk dalam kontrakan, di kontrakan itu luas sama dengan kontrakan yang lain tidak luas dan tidak sempit pula, dan di dalamnya sudah tersedia kasur, lemari dan beberapa perabotan rumah di dalamnya juga ada wcnya. se sudah lama-lama mellihat akhirnya, bapak berpamitan untuk pulang. ku baringkan tubuhku di atas kasur sebab kelelahan, ku lihat jam sudah menunjukkan jam 4 sore. saya pun bangun untuk mandi untuk menyegarkan diri se sudah itu sholat ashar.

keesokan harinya, aku berangkat pergi menuju kuliahku. tiba-tiba hp saya berdering ternyata itu sms dari bapak sinaga “assalamu’alikum, bapak tunggu di ruangan prof ahmad kalau putri sudah tiba di sini”. sayapun segera membalasnya “waalaikum salam, iya pak saya akan segera kesana”. akhirnya saya pun tiba di ruangan prof. ahmad.
“assalamu’alaikum!!” sambil mengetuk pintu.
“waalaikum salam, silahkan masuk.”
“ohh, ini yang namanya putri bapak ceritakan kepadaku.” kata prof. ahmad seraya membuka pembicaraan.
“iya pak, ini putri yang saya ceritakan kepada prof tadi.” jawab pak sinaga sambil memperkenalkanku.
“mmmm, iya cantik juga absolut putri pintar?”
“hmmm, saya tidak cantik pak prof. saya mirip akhwat-akhwat lainnya dan saya juga tidak pintar prof.!” sambil tersenyum malu
“siapa bilang putri mirip akhwat lainnya, kalau bapak lihat putri orangnya beda dengan akhwat-akhwat lainnya.”
“iya putri, benar kata prof. ahmad. putri beda dengan akhwat lainnya dan putri juga cantik mirip bidadari dari surga dan mengalahkan kecantikan isabella.” sambil menarik hati.
“ahhh, bapak mampu aja masih cantikkan isabella dari pada putri pak,” membalas godaan pak sinaga.

.kami semuapun tertawa, tak disangka keakrapan kami bertiga sangatlah cepat akupun mulai acapkali berdiskusi atau membahas hal-hal perihal pelajaran kuliahku kepada prof ahmad dan pak sinaga. saya sangat senang mampu mengenal mudau sebab mudau  sudah menganggapku mirip anaknya sendiri begitupun dengan aku, selama ini aku tidak pernah lagi mencicipi kasih kasih sayang seorang ayah kini saya dapat mencicipinya kembali dari mudau.

tiba-tiba saya teringat akan bunda, ku ambil hpku di dalam saku baju dan mencari nomor bunda dan menelfodnya. dua menit berlalu bunda tak kunjung mengankat telfodku, sayapun mulai gelisah mengapa bunda tidak mengangkat telfodku, saya coba beberapa kali tapi masih tak kunjung juga ada jawaban dari bunda. mungkin ka bunda sedang tidur sebab ini sudah malam, kalau memang bunda sudah tidur biarlah besok aku telfod bunda pagi-pagi.

hari semakin berlalu, aku mulai mampu mengikuti keadaan dengan linkungan di medan. tiga kali seminggu saya selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dengan keluarga prof. ahmad dan pak sinaga, kami semua selalu bercanda dan tertawa bersama dan semua problem yang sedang kita hadapi hilang semua.


tapi entah mengapa perasaanku mulai tak enak, pikiranku selalu melayang ke bunda sebab sudah beberapa hari ini bunda tak pernah lagi menelfod dan tak juga pernah mengangkat telfodku, saya takut kalau bunda kenapa-kenapa di sana. tiba-tiba prof. ahmad datang dan membuatku kaget.
“ada apa saudara termuda, saya lihat saudara termuda sedang memikirkan sesuatu?” tanya prof. kepadaku.
“tidak ada apa-apa kok prof.” balasku
“ceritalah kepadaku saudara termuda sepatahu saya mampu bantu, jangan sunkang-sunkang kepadaku saudara termuda!” sambil mengeluarkan laptop dari dalam tasnya.
“begini prof. saya sedang memikirkan bunda saya di kampung, sebab akhir-akhir ini bunda tidak pernah menelfodku dan menyampaikan kabar kepadaku. saya takut prof. bunda kenapa-kenapa di sana, dia hanya tinggal sendiri di sana.”
“apakah kamu sudah coba menelfodnya?”. tanyanya padaku
“sudah prof. tapi tak ada jawaban dari bunda, saya sangat takut prof. kalau ada sesuatu yang terjadi pada bundaku saya tidak akan mampu memaafkan diriku yang sangat durhaka ini  sudah meninggalkan bunda sendirian di sana!!”. sambil memeluk lutut
“kalau begitu besok pagi kita berangkat ke siantar, sudah kamu istirahat saja dulu di sini untuk menenangkan parasaanmu!” kata prof.
“benarkah itu prof?”. tanyaku dengan sangat bahagia
“iya iyaa. sana istirahat dulu supaya besok kita mampu berangkat”. sambil tersenyum bahagia.
“baiklah prof. saya masuk dulu!”

besok paginya kami semua  sudah bersiap untuk berangkat ke siantar, tapi sayangnya pak sinaga beserta keluarganya tidak mampu ikut ke siantar sebab ia juga harus pulang ke tebing tinggi ada pekerjaan yang menantinya di sana. jadi, keluarga prof. ahmadlah yang bersediah menemaniku ke siantar. di perjalanan saya teringat akan muka bunda yang amat lembut dan penyayang, penuh ketabahan dan kasih sayang yang lapang dada. akhirnya kami pun tiba di siantar, tak tahan rasanya saya ingin cepat-cepat hingga ke rumah dan segera memeluk bunda dan menciumnya.

tetapi tiba di rumah, percaya tidak percaya ini musibah yang ku hadapi, seluruh tubuhku kaku tak dapat bergerak memasuki rumah melihat semua orang  sudah berkumpul di depan rumahku dengan menggunakan pakaian hitam dan ada kain putih di tanjapkan di pagar rumahku yang menerangkan ada orang yang  sudah pulang ke rahmatullah. seluruh pikiranku hanya tertuju pada nama bunda, bunda yang  sudah berkorban demi aku anaknya, bunda yang  sudah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, bunda yang rela melakukan apa saja demi aku anaknya. badanku terjatuh ke tanah dan akupun bermimpi sedang bertemu dengan bunda yang amat cantik, lembut dan selalu tersenyum. akupun tersadar dari tidurku, semua orang berada di sampingku terutama istri prof. ahmad.
“bunda mana bu??” air mataku pun meleleh tak mampuku tahankan.
“bundamu sudah damai di alam sana sayang, relakan dia pergi agar dia damai di sana!”.istri prof. memelukku.
“kenapa allah secepat ini mengambil bunda bu, apa salah bunda?” air mataku terus mengalir.
“sebab allah sangat menyanyangi bundamu sayang dan bundamu tidak punya salah kok, suatu dikala nanti kamu dan bundamu akan ketemu lagi. percayalah itu sayang!!”.
“ibuu, saudara termuda ayo keluar jenazahnya sudah mau di bawah ke makam. cepatlah nanti kemalaman! teriak pak prof. dari depan kamar.

kamipun pergi, saya sempat melihat wajah bunda yang amat pucak dan tak bernyawa dan kubissikan ke indera pendengaran bunda.”bunda.. putri minta maaf kalau putri  sudah meninggalkan bunda sendirian di sini, putri sangat sayang sama bunda. bunda tunggu putri di surga yhaa. assalamua’alaikum bunda”.

se sudah kami mengantarkan bunda ke daerah peristirahtannya yang terakhir kamipun pulang ke rumah adapun beberapa tetangga sudah pulang ke rumahnya dan ada juga yang masih tinggaal di rumahku untuk berbincang-bincang sbentar. ku biarkan diriku sendiri di kamar bunda, terbayang-bayang wajahnya yang amat cantik ku teringat semua kenangan-kenangan kita berdua. terlintas di pikiranku pertanyaan “mengapa muda mampu secepat ini meninggalkan aku, setahu saya bunda tidak punya penyakit yang mampu merengut jawanya secepat ini, bunda orangnya selalu tegar dan sehat?”.
“nak, saya tahu apa yang ada di pikiranmu sekarang absolut kamu sedang memikirka mengapa bundamu mampu secepat ini pergi meninggalkan kita!” ibu wendy tiba-tiba masuk ke kamar bunda tanpa sepengetahuanku.
“iyaa tante, saya habis pikir kenapa bunda secepat ini pergi. apakah bunda punya penyakit yang berbahaya?” jawabku dengan nada penasaran.
“sebenarnya bundamu terkena kanker rahim stadium 3 dan bundamu tak ingin kamu tahu sebab mudau tak iingin kalau kamu tahu kamu tidak akan ke medan untuk melanjutkan kuliahmu yang  sudah kamu nanti-nantikan.”
“yaa allah, aku sudah tahu mengapa secepat ini engkau memanggil bunda sebab ternyata bunda sudah terkena kanker rahim stadium 3 dan agar bunda tidak lagi mencicipi rasa sakit itu, bunda semoga bunda bahagia di sana.” akupun beranjak meninggalkan ibu wendy di kamar.

keesokan harinya, saya beserta keluarga prof. dokter ahmad kembali ke medan dan saya  sudah memutuskan untuk tinggal di medan bersama keluarga baruku.

Related Posts:

0 Response to "Aku Sayang Bunda"

Post a Comment