Sahabatku Adalah Cintaku

Mira dan martin adalah 2 anak yang sudah berteman sejak mereka bertemu di sekolah dasar, pertemanan mereka yang kian hari semakin dekat dan membuat keduanya menjadi bersahabat sejak saat itu. Setiap saat Mira bersedih, Martin selalu berusaha menghiburnya untuk membuatnya kembali tersenyum bahagia. Bagi Martin senyuman dari Mira adalah suatu kebahagiaan tersendiri baginya, begitu pula dengan Mira senyuman dan kebahagiaan dari Martin adalah suatu kebahagiaan tersendiri juga dalam hidupnya. Dan hubungan itu pun terus berlanjut hingga mereka sudah beranjak dewasa dan memasuki sekolah ke perguruan tinggi.

Tanpa mereka sadari satu sama lainnya sudah timbul dengan sendirinya benih-benih cinta dalam hati mereka, namun mereka selalu mengatakan perasaan cinta itu dikarenakan mereka adalah sahabat yang sudah dekat sejak mereka kecil. Pada saat Martin menemui Mira, dia menceritakan perasaan senangnya karena dia telah diterima cintanya oleh seorang wanita yang sudah sangat lama dia cintai.

"Mira akhirnya aku telah diterima" (ucap Martin).

dengan tatapan heran Mira mencoba menenangkan hati sahabatnya itu, sebab Martin tersendat-sendat nafasnya ketika dia sedang berbicara dengan Mira.

"diterima apanya Tin? coba tenangkan dirimu dahulu, cobalah berbicara perlahan-lahan denganku" (ucap Mira)

"cintaku diterima oleh Maya, aku merasa sangat senang sekali, akhirnya sudah sekian lama aku menanti jawaban itu dari mulutnya" (ucap Martin).

tersentak hati Mira terasa kaget, dia bingung sendiri dengan perasaannya saat itu, apakah dia harus senang atau bersedih, namun dengan wajah yang tersenyum Mira berusaha mengucapkan selamat kepada Martin, yang kini telah menemukan tambatan hatinya.

Meskipun saat ini Martin telah resmi memiliki kekasih, dia tidak pernah lupa dengan Mira sahabatnya itu, setiap kali Mira bersedih, ataupun membutuhkan bantuannya Martin tidak pernah sungkan-sungkan untuk langsung menemaninya. Martin juga sebagai kekasih yang baik dia selalu menjelaskan kepada Maya siapa Mira bagi hidupnya, kemana pun dia dan Mira pergi Martin selalu memberi kabar dan meminta ijin dari Maya.

Namun seiring berjalan waktu, kini Mira pun telah dekat dengan seorang pria yang bernama Bagas. Bagi Mira Bagas adalah sosok seorang pria yang baik, pria kedua yang paling baik bagi dirinya setelah Martin. Bagas selalu memberikan perhatian yang lebih kepada Mira dan selalu bersikap sabar dan tenang dengan kemanjaan Mira selama ini padanya, Bagas juga mengetahui hubungan persahabatan antara Mira dan Martin, dan dia pun tidak keberatan dengan hal itu, sebab Martin sendiri pun kini telah memiliki kekasih hatinya tersendiri.

Akan tetapi Martin merasa curiga dengan sikap Mira yang belakangan ini tidak pernah meminta dirinya untuk menjemput Mira tiap kali Mira pergi latihan les tari, sebab sejak kecil Mira selalu ditemenin bahkan diantar jemput oleh Martin saat Mira pergi latihan menari, kini setiap kali Martin menelpon dan mengatakan akan mengantar dan menjemput Mira, niat baiknya itu selalu ditolah oleh Mira, karena itu dia berniat untuk melihatnya langsung dengan siapa Mira selama ini pergi latihan, sebab dia sangat mengenal sifat Mira yang manja yang selalu ingin diantar jemput olehnya.

Sesampainya ditempat latihan tari Mira, Martin melihat Mira dijemput oleh Bagas, tersentak saat itu juga dia merasa sangat kesal dan sangat marah, dan langsung menemui Mira dan Bagas.

"oh jadi ini alasannya kamu, tiap kali aku ingin mengantar kamu latihan" (ucap Martin).

"Martin, kamu disini, sedang apa?" (merasa heran dengan keberadaan Martin disana)
"oh iya, kenalin ini Bagas, pria yang pernah aku ceritakan selama ini ke kamu, dan Bagas ini Martin, sahabat aku yang pernah aku ceritakan juga ke kamu" (sambil tersenyum melihat keduanya).

saat itu Martin dan Bagas pun berkenalan, dan Martin meminta ijin kepada Bagas untuk membawa Mira jalan, dengan alasan bahwa mereka sudah lama tidak bertemu, dan banyak hal yang ingin dia bahas secara pribadi berdua dengan Mira. Martin pun membawa Mira ke cafe tempat dimana mereka sering nongkrong bersama.

"Mir, kamu menyukai Bagas?" (tanya Martin)

"aku sih, tidak tau pasti dengan perasaan aku sendiri ke Bagas seperti apa Tin, yang jelas, Bagas adalah pria yang sangat baik, aku sangat menyukainya". (jawab Mira)

"sejak kapan kamu suka dengannya? kamu kan baru dekat dengannya" (tanya Martin)

"entahlah aku juga gak tau, yang jelas semenjak dia bersikap baik padaku, kenapa?" (tanya Mira)

"aku tidak suka kau berhubungan dengannya, dia bukan pria yang baik buat kamu" (jawab Martin)

"kenapa kamu berpikiran seperti itu, kamu saja baru bertemu dengannya, yang jelas dia sangat baik buatku" (ucap Mira)

"tapi tetap saja aku tidak setuju dengan dia, kenapa kamu tidak bertanya dulu padaku kalau kamu dekat dengannya, kenapa kamu terima saja dia mendekatimu?" (tanya Martin)

"cukup Martin, kenapa aku harus meminta ijin padamu untuk dekat dengan seorang pria? apa dulu kamu mendekati Maya kamu pernah bertanya dulu padaku? tidak kan? kita memang sahabat bukan berarti kamu berhak mengatur hidupku dengan siapa aku berteman dan dengan siapa aku dekat" (ucap Mira)

Mira pun berlaju pergi dan dia meninggalkan Martin sendiri di cafe tersebut, tersentak hati Martin ketika mendengar ucapan dari Mira, kenapa dia bersikap aneh dan seakan-akan tidak terima Mira dekat dengan pria lain. Sejak saat itu Martin selalu saja menceritakan kekesalannya terhadap Mira kepada Maya, hari demi hari Martin selalu membahas tentang Mira, sampai Maya pun curiga dia sebenarnya sangat mencintai Mira sahabatnya itu, sebab segala apa pun yang terjadi saat ini pada Maya, Martin tidak begitu peduli lagi.

Maya pun pergi kerumah Mira, dan menceritakan tentang keluhannya selama ini kepada Mira, bahwasanya Martin selama ini selalu membahas tentang Mira, dan bukan yang lain lagi. Saat itu Mira berjanji akan mencoba untuk berbicara dengan Martin secara langsung. Dan Mira menghubungi Martin untuk menemuinya setelah selesai latihan menari, dengan senang hati Martin menerima ajakan dari Mira, dan ketika mereka bertemu.

"Tin, tadi Maya datang kerumahku, dia mengatakan bahwa selama ini sikapmu berubah, bahkan sangat berubah sekali, kau selalu saja membahas tentang hubunganku dengan Bagas, kenapa Tin? apa sebenaarnya salah Bagas sampai-sampai kau tidak menyukaiku dekat dengannya, dia pria yang baik, aku yakin dia bisa membahagiakan aku, dan aku pun tak ingin berlarut-larut selalu bergantung hidup denganmu, aku sadar kelak kita akan berpisah dengan sendirinya dengan pasangan kita masin-masing, tapi bukan berarti persahabatan kita putus, setidaknya kita harus menghargai perasaan pasangan kita masing-masing" (ucap Mira).

"aku juga tidak tau Mir, apa alasan yang tepat untukku mengungkapkan bahwa aku tidak menyukai Bagas, yang jelas aku tidak suka saja, bahkan bukan hanya dengannya, aku tidak suka kalau ada pria lain selain aku yang dekat denganmu, cukup hanya aku Mir" (ucap Martin)

"kenapa harus egois? kenapa kamu boleh dekat dengan wanita lain, bahkan kamu sekarang telah memiliki kekasih, kenapa aku tidak boleh? apa aku pernah marah ketika kau senang dengan hubunganmu dengan Maya, meskipun hatiku sakit, aku merasa kalau hatimu akan terbagi dengan wanita lain, namun harus kuakui kita hanya sebatas sahabat, yang bisa kapan saja pergi, karena itu aku berusaha tersenyum, asalkan kau bahagia aku juga bahagia" (ucap Mira)

"jadi dulu sebenarnya kau merasakan hal yang sama seperti apa yang aku rasakan saat ini?" (tanya Martin)

"iya, tapi itu sudah berlalu, aku harus berusaha ikhlas, meskipun kini sudah ada Bagas, namun sebenarnya aku belum ada kata pacaran dengannya, meskipun berkali-kali dia bertanya padaku, namun aku tak pernah menjawabnya, sebab aku masih bingung, aku ingin kau yang ada selalu dalam hidupku, tapi apa dayaku kau sudah memiliki Maya sebagai kekasihmu, dan aku tak ingin menjadi penghalang bagi hubungan kalian berdua" (ucap Mira)

seketika dari pembicaraan mereka muncul Maya dan Bagas.

"tak perlu kalian pertanyakan lagi, sudah jelas bahwa sebenarnya kalian berdua saling mencintai, hanya saja cinta kalian itu terhalang oleh hubungan persahabatan yang selama ini kalian yakini" (ucap Bagas)

"semua pertanyaanku sudah terjawab saat ini, setelah aku mendengar isi hati dari kalian berdua, bukan Mira, tapi akulah yang sebagai penghalang untuk bersatunya dua hati yang sebenarnya saling mencintai dari hubungan persahabatan kalian ini" (ucap Maya)

Maya memegang tangan Martin, dan Bagas memegang tangan Mira, kemudian mereka menyatukan pegangan tangan antara Maya dan Martin.

"akuilah bahwa persahabatan kalian sebenarnya adalah cinta sejati kalian" (ucap Bagas)

"aku ikhlas melepasmu Martin, asalkan kau bahagia, tidak ada gunanya mempertahankan hubungan kita, jika dihatimu hanya ada Mira" (ucap Maya)



Writter By N. Yahya

Related Posts:

Jangan Marah Istriku

Ratna membantingkan piring tepat di hadapanku, saat itu aku benar-benar terkejut dengan tindakannya. Aku tidak pernah melihat istriku bersikap seperti itu. Dengan perlahan aku mencoba mendekati istriku dan bertanya kenapa dia bersikap seperti itu.

"Istriku, apa yang terjadi denganmu, masalah apa yang membuatmu jadi seperti ini?" Tanyaku.

Namun istriku tak menjawab pertanyaanku sama sekali, dia hanya bergumam, menunjukkan raut wajah yang penuh dengan amarah. Namun aku tetap bertanya hal yang sama padanya, dengan perlahan-lahan agar dia tidak semakin emosi. Setelah aku melontarkan pertanyaan yang sama secara terus menerus sebanyak 3 kali, barulah istriku mau menjawab semua pertanyaanku.

"Aku kesal, aku sedih dengan nasib hidupku selama ini setelah aku memutuskan untuk menikah denganmu." Jawab istriku.

Seketika aku terkejut mendengar jawaban dari istriku, aku terdiam dan terpaku seolah-olah aku di tusuk pisau dari belakang, yang membuatku tak menyangka ada serangan yang datang. Namun tak hanya itu, istriku terus mengatakan sesuatu yang gak pernah aku dengar selama ini, dia mengutarakan isi hatinya yang selama ini diam-diam dia pendam.

"5 tahun aku menikah denganmu, tidak pernah sedikit kebahagiaan yang aku dapatkan, aku rela menikah denganmu, meninggalkan semua kemewahan yang aku punya, serta karir yang aku jalani selama aku masih gadis dulu, tapi apa yang aku dapat sekarang, setelah aku menikah denganmu, dahulu aku dengan mudah dapat membeli baju, tas dan sepatu baru walau dengan harga yang sangat mahal, tapi sekarang jangankan barang yang mahal, membeli itu semua saja pun kau tak pernah berikan padaku, dahulu aku dapat dengan mudah makan makanan yang enak, aku tak harus bersusah payah untuk memasak buat mengisi perutku yang lapar, tapi sekarang aku justru harus memasak ini itu, bahkan aku juga harus berpikir keras untuk belanja buat makan sehari-hari, dahulu aku mampu membeli barang apa pun yang aku inginkan, namun sekarang membeli jam tangan saja aku tak mampu, bahkan untuk membeli elektronik keperluan rumah saja aku harus berhemat dulu, agar bisa membeli semua kebutuhan penting itu, aku lelah harus bersabar dalam hal materi, belum lagi mendengar ucapan keluargamu yang selalu mengkritik aku, yang mengatakan aku tak pintar memasak, mengurus rumah, dan aku tak bisa memberikan keturunan buatmu, apa salahku, apa dosaku hidup selama ini, beginikah rasanya menikah?" Istriku bertanya padaku.

Aku melihat wajahnya, dia menangis sambil menutupkan wajahnya, kelihatan dari wajahnya kalau dia benar-benar menyesal karena telah menikah denganku. Aku hanya bisa terdiam saat itu, menundukkan kepalaku dan berpikir kenapa setelah 5 tahun kami menikah, baru kali ini pertama kalinya dia mengatakan semua isi hatinya kepadaku, meskipun demikian aku tak bisa marah kepadanya, karena apa yang dikatakannya itu semuanya adalah benar, dan aku memang tak mampu memberikan apa pun yang dia inginkan selama kami menikah.

"Maafkan aku istriku, aku tidak tau bahwa kau merasakan hal sesakit ini selama menikah denganku, kau tau kalau aku bukanlah orang yang bergelimpang akan harta. Aku juga bukan pria yang mapan, aku hanya pria sederhana yang mencintaimu sepenuh hatiku. Saat ini aku hanya mampu memberikan nafkah seadanya padamu, hanya cukup makan buat sehari-hari kita. Aku sadari akan kemampuanku dan kelemahanku yang tak dapat menandingi kehidupan mewahmu itu, namun aku sangat bersyukur memiliki istri sepertimu, dengan penuh kesabaran kau alami kehidupan susah bersamaku tanpa sedikit pun kau pernah mengeluh kepadaku, kau lakukan tugasmu menjadi seorang istri dengan berusaha keras untuk bisa memasak dan membereskan rumah, meskipun dahulu kau tak pernah melakukan hal itu, kau tetap terus bersabar dan menahan diri untuk membeli barang-barang mewah, demi untuk menyimpan uang buat kebutuhan pokok kita sehari-hari, akan tetapi bukan salahmu jika kita belum memiliki keturunan, kita tidak bisa saling menyalahkan satu sama lainnya, sebab Allah lebih tau apa yang baik buat kita, Allah masih menguji kesabaran kita dengan memberikan kita rezeki yang cukup buat makan sehari-hari dan belum memberikan kita kesempatan untuk memiliki anak, taukah kau, semua keadaan kita seperti ini aku selalu bersyukur, karena Allah memberikan segala nikmat kepada kita, jangan lah kau marah dan emosi ketika ada orang yang mengkritikmu, dengan demikian berkat mereka lah kau bisa lebih pintar memasak dan melakukan segala hal, terima kasih telah menjadi istri yang soleha buatku." Ucapku.

Istriku terdiam, perlahan dia melihatku dengan penuh penyesalan atas segala kemarahannya kepadaku tadi. Namun dia tidak berkata-kata hanya diam memandangi diriku.

"Istriku, pergilah kau sholat, aku yakin kau pasti merasa lebih nyaman setelah kau sholat, sebab jangan biarkan setan menguasai dirimu dengan amarahmu itu, dan marilah kita sholat berjemaah." Pintaku.

Kami pun melaksanakan ibadah sholat berjemaah, setelah kami sholat istriku menyalamiku dan meminta maaf padaku, bahkan dia menangis dalam pelukanku.

"Suamiku, maafkan aku, maafkan aku yang tak pernah mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, aku tau aku penuh dengan kekurangan, karir yang aku banggakan tak kan mampu membuatku menjadi istri yang soleha. Karena itu aku menyadari bahwa Allah memberikan cobaan seperti hanya untuk menguji kemampuan kesabaranku, aku seharusnya bersyukur memiliki suami sepertimu, sebab apa pun kekuranganku kau tak pernah marah ataupun kesal kepadaku, setiap kali kau makan masakan yang tidak enak dari buatanku, kau tetap tersenyum bahkan menghabiskan makananmu demi membuat hatiku senang, dan kau selalu mengajarkanku untuk bisa memasak makanan yang enak, aku sadari tak pernah mengucapkan kata-kata yang kasar seperti itu sebelumnya padamu, hanya saja aku tak tahan mendengar banyak orang diluar sana yang senang mencibir kehidupan kita." Ucap istriku.

Aku pun langsung memeluk erat istriku dan menghapus air matanya.

"Jangan lah kau marah istriku, ini adalah sebagian dari cobaan yang Allah berikan kepadamu dan khususnya kepadaku sebagai imammu." Ucapku.

Saat itu aku jadi bisa lebih memahami isi hati istriku, dan aku merasa lega melihat senyumnya yang tanpa ada sandiwara di dalam wajahnya. Yang selama ini dia lakukan untukku dengan berpura-pura tersenyum bahagia.

Writter by N. Yahya

Related Posts:

Maafkan Aku Istriku

Maya dan ridwan telah menjalani bahtera rumah tangga selama 3 tahun, dan selama pernikahan mereka, belum dikaruniai seorang anak pun. Karena hal itu lah maya selalu saja mendapatkan sindirian dan cibiran selama hidupnya, yang menganggap bahwa maya mandul dan mereka tak dapat memiliki anak. Ridwan sebagai suami pun selalu melimpahkan kesalahan kepada istrinya, penyebab mereka belum dikaruniai anak. Selama menikah maya hidup bersama mertua dan 3 orang adik iparnya, yang hanya menganggap maya sebagai pekerja di dalam rumah, sebab karena maya tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak berkarir.

"Maya, dari tadi kamu belum selesai juga mencuci piring-piring kotor itu, kenapa akhir-akhir ini kamu lamban sekali bekerja nya, adik-adik iparmu sebentar lagi pulang dan mereka pasti kelaparan nanti, sementara kamu belum juga selesai memasak apa pun" celoteh ibu mertuanya.

"Maaf bu, maya lagi kurang enak badan, akhir-akhir ini sering sakit kepala, mungkin tensi maya menurun bu" jawab maya.

"Alah kamu jangan alasan y, kamu tetap harus bergegas, saya gak mau dengar alasan yang buat kamu malas nantinya" ucap ibu mertua maya.

"Baiklah bu" jawab maya.

Meskipun tidak begitu bisa bergerak dengan leluasa, maya tetap berusaha menyelesaikan semua tugasnya dirumah. Namun memang maya juga merasa kurang fit dalam aktifitasnya, entah apa yang terjadi dengan maya, karena itu dia pergi ke dokter dan memeriksa kesehatannya. Maya sempat meminta suaminya untuk menemani dirinya pergi kedokter, namun suaminya menolak dengan alasan sibuk di kantor. Setiba maya bertemu dengan dokter, maya terkejut dengan hasil kesehatannya.

"Dok, saya akhir-akhir ini sering merasa pusing, mual, badan terasa pegal-pegal dan saya tidak fit dalam aktifitas sehari-hari, mungkinkah saya ada penyakitnya dok?" Tanya maya.

"Mari saya cek dulu kesehatannya bu." Ucap dokter.

"Ibu, selamat y, gejala yang ibu alami itu normal untuk wanita yang sedang mengandung" ucap dokter.

"Apa dok? Saya hamil maksudnya dokter?" Tanya maya.

"Iya ibu hamil sudah 3 bulan bu, memangnya ibu gak sadar, selama ini ibu terakhir haid itu kapan?" Tanya dokter.

"Saya tidak begitu ingat dok, sebab saya tidak teratur siklus haid nya" jawab maya.

Dokter memberikan beberapa resep obat dan vitamin yang harus dikonsumsi maya, dan maya pun segera memberitahukan kabar bahagia itu kepada suaminya. Maya sangat bersyukur sebab dia bisa mengandung, dan semua tuduhan yang diberikan padanya tidaklah benar. Sepulang suami maya dari kantor, dia langsung menemui maya dan melihat hasil checkup maya ke dokter, suaminya sangat senang dan segera memberitahukan kepada seluruh keluarganya, namun bukan mereka merasa senang, justru mereka mencibir "ternyata dia bisa hamil juga" respon yang kurang baik dari keluarga tidak membuat maya dan ridwan tidak bersemangat dalam menyambut sang bayi nantinya.

Meskipun dalam kondisi hamil, mertua dan adik ipar maya tidak begitu mau meringankan beban maya dalam urusan kerja rumah, semua tetap di limpahkan ke maya dengan alasan adik iparnya sibuk berkarir dan kuliah, sementara maya tidak berkarir dan tidak kuliah, dan tak mungkin ibu mertua yang sudah tua harus bekerja juga dirumah, dengan alasan seperti itulah yang membuat suami maya tidak menuntut mereka untuk membantu maya.

Selama hamil maya sering mengalami pendarahan, karena kandungan maya yang lemah, namun semangat maya lah yang membuat dia mampu bertahan sampai hingga masa kehamilan 7 bulan. Dan suatu ketika maya merasa keletihan dalam bekerja, maya pun pun pingsan seketika, tidak seorang pun orang dirumah mengetahuinya, sampai pada akhirnya ridwan pulang dari kantor dan menemukan maya dalam kondisi suhu tubuh yang sangat dingin, ridwan pun membawa maya kerumah sakit. Setibanya dirumah sakit, ketika dokter selesai memeriksa maya, dokter segera menemui ridwan.

"Pak ridwan, maaf saya harus memberikan berita buruk ini kepada bapak, bahwasanya istri bapak dalam kondisi yang sangat lemah, saya takut janin di dalam rahim istri bapak juga terganggu nantinya, saya menyarankan untuk mengoperasikan istri bapak, untuk mengeluarkan anak bapak dari kandungan istri bapak." Ucap dokter.

"Tapi istri saya dalam kondisi lemah, dan dia baru mengandung 7 bulan dok, apakah mungkin untuk istri saya melahirkan?" Tanya ridwan.

"Operasi caesar yang kita lakukan sekarang pak, jika bapak mengijinkan tolong tanda tangan berkas untuk proses operasi nya pak." Ucap dokter.

Ridwan pun langsung menandatangani berkas untuk operasi istrinya, entah apa yang terjadi membuat ridwan merasa cemas dan khawatir sekali terhadap maya, sebab ini pertama kalinya dia merasa khawatir terhadap maya selama mereka menikah, dia menyadari bahwa tak pernah memberikan perhatian yang khusus kepada maya. Ridwan memberi kabar kepada keluarganya, namun mereka satu pun tidak ada yang datang kerumah sakit, bahkan untuk menemani ridwan selama proses operasinya maya. Setelah 2 jam ridwan menunggu akhirnya dokter selesai mengoperasi maya, namun dokter berkata kepada ridwan bahwasanya maya membutuhkan banyak darah, sebab maya pingsan sudah 3 jam lamanya, membuat suhu badan maya turun drastis, dan selama proses operasi maya kekurangan darah, dan stok di rumah sakit golongan darah seperti maya telah habis, dan dokter menyarankan untuk ridwan segera mencari keluarga atau orang terdekatnya yang memiliki golongan darah A.

Ridwan menyadari bahwa sari dan sita adiknya memiliki golongan darah A, dia menelpon adiknya, namun mereka menolak untuk memberikan darah mereka, dikarenakan mereka memiliki aktifitas yang sibuk. Ridwan baru menyadari betapa egoisnya seluruh keluarganya itu, entah kenapa terpintas di dalam pikirannya bahwa maya mungkin selama ini terlalu sakit menerima perbuatan dari keluarganya. Ridwan terus mencari dan mencari namun golongan darah A susah sekali didapat, dan tiba-tiba ridwan mendapatkan kabar dari dokter bahwasanya maya dalam keadaan kritis, mendengar kabar itu, aku pun menangis, dan hanya bisa berdoa, agar maya diberikan kesembuhan, dan berharap dia dapat memperbaiki semua kesalahan yang telah dia lakukan terhadap istrinya.

Mendengar pihak rumah sakit mencari golongan darah A, salah satu pengunjung pasien menawarkan darahnya untuk dapat membantu maya, ridwan pun merasa bersyukur karena mendapatkan pendonor darah untuk maya, namun sebelum proses pentransferan darah, maya telah meninggal dunia, rasa tangis yang tak dapat di bendung dari mata ridwan, dan penyesalan dari sang dokter karena tidak dapat menyelamatkan maya, sebab dia sudah banyak kehilangan darah.

"Maafkan kami pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu istri bapak, namun kami hanya bisa menyelamatkan putri bapak, dan sekarang dia juga masih membutuhkan perawatan khusus juga di inkubator" ucap dokter.

Ridwan pun membawa mayat maya kerumah dengan memakai mobil ambulance, sesampainya disana, semua keluarga terkejut melihat maya telah meninggal, namun ridwan hanya bisa diam, dan bungkam tidak ingin berbicara dengan mereka, ridwan pun menelpon seluruh keluarga istrinya, untuk proses pemakaman maya. Setelah maya di makamkan, dan setelah semua keluarga dan warga memberikan doa dan mengadakan tahlilan dirumah ridwan, dia pun langsung kembali ke kamarnya, dan dia mengenang maya, dari foto pernikahan mereka, tempat tidur, bahkan barang-barang peninggalan dari maya, dan ridwan menemukan buku diary milik maya, ternyata semua aktifitas dan perasaan maya selama ini dia tuliskan didalam buku diary nya itu, dan yang paling membuat ridwan tersentuh dan bersedih ketika dia membaca isi tulisan maya.

"Suamiku taukah engkau, aku menikah denganmu itu bukanlah keputusan yang gampang, karena aku pasti akan meninggalkan rumahku, orang tuaku dan adik-adikku juga, aku tinggalkan karirku dan semua yang ada pada diriku hanya demi untuk menjadi istri yang soleha buatmu dan menantu yang soleha buat keluargamu, namun apa yang sudah ku dapatkan, aku menikah denganmu dan belum di karuniai anak itu semua bukan karena inginku, tapi karena Allah belum mengijinkan kita untuk memiliki anak, namun apa yang ku dapat dari keluargamu, hanya cibiran dan hinaan yang mengatakan kalau aku ini mandul, namun tak mengapa, aku tak marah ataupun dendam, sebab ibumu adalah ibuku juga, begitu juga dengan adik-adikmu, mereka adalah adikku juga. Bukan aku tak ingin berkarir, namun engkau lah yang menghentikan karirku, sebab kau tak ingin aku menelantarkan keluarga nantinya, sebagai seorang istri aku harus taat semua perintahmu, namun ibu mu hanya anggap aku sebagai seorang pekerja rumah yang tak mampu berkarir diluar sana, karena aku tidak sarjana. Saat ini aku mengandung, anak ini adalah anakmu dan juga cucu dari keluargamu, namun tidak ada kebahagiaan yang aku lihat dari diri mereka, namun tak mengapa aku tetap semangat menyambut kehadiran anak kita, suamiku aku lelah, aku sakit, aku tak tau harus bertahan sampai kapan, jika aku telah tiada, aku hanya ingin meminta satu hal padamu, tolong beri kebahagiaan pada anak kita nantinya, lindungi dan jagalah dia, sebab aku merasa tak kan pernah bertemu dengannya nanti, selama menikah aku tak pernah meminta apa pun, aku hanya berharap inilah permintaan terakhirku."

Air mata terus menerus mengalir dari diri ridwan, penyesalan yang tak kan membuat maya kembali, dia memutuskan untuk membawa putrinya pindah, dan tak kan tinggal bersama keluarganya lagi, dia tidak ingin kejadian serupa terhadap maya akan dialami oleh anaknya juga.

Writter by N. Yahya

Related Posts:

AyahKu IdolaKu

AyahKu IdolaKu

Ayah adalah figur seorang pahlawan bagiku, dimana disaat aku membutuhkan perlindungan, ayah lah yang selalu sedia melindungiku, disaat aku membutuhkan uang untuk jajan dan pendidikanku, ayahlah yang selalu bersusah payah mencari nafkah untuk makan buat keluarga dan juga anak-anaknya, ayah tidak pernah mengeluh dalam hidupnya, disaat dia menghadapi panas teriknya matahari, disaat hujan melanda ayah tetap gigih mencari rezeki buat kami keluarga dan anak-anaknya.

Saatku masih kecil banyak sekali hal-hal yang aku inginkan, dan selalu aku memaksa ayah untuk membelinya, meskipun ayah tidak memiliki cukup uang, namun ayah selalu berusaha untuk bisa membelikan nya untukku, namun beranjaknya aku semakin dewasa, aku mulai memahami kesulitan ayah dalam mencari nafkah, setiap aku inginkan sesuatu ibu selalu menyarankanku untuk menabung, rasa puas selalu aku dapatkan tersendiri kalau aku membeli apa pun memakai uang hasil tabunganku. Dari situlah aku mulai belajar menabung, menghemat segala keperluanku dalam sehari-hari, sehingga aku pun mampu meringankan beban ayah dalam membiayaiku untuk membeli buku sekolah.

Kini aku pun sudah dewasa, aku bekerja di salah satu perusahaan swasta, baru ku sadari betapa sulitnya mendapatkan uang, aku pun semakin teringat dengan jerih payah ayah dalam mencari uang buat kami. Aku pun berjanji jika mendapatkan gaji pertama akan ku berikan sepenuhnya kepada ibuku, dan gaji pertama ku pun aku terima, begitu aku terima, hatiku menangis, dan tak sengaja air mataku pun keluar, inilah hasil kerja ku selama 1 bulan, bayangkan ayah bekerja dari pagi dan terkadang sampai larut malam hanya untuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kami sehari.

Dan saat itu aku beserta adikku yang lainnya berjanji setiap kami kerja dan mendapatkan hasil gaji kami, sebagian hasil gaji kami akan kami berikan kepada ibu, untuk meringankan beban ayah dalam mencari uang buat kebutuhan sehari-hari. Dan di setiap hari istimewa ayah dan ibu sebisa mungkin kami memberikan hadiah yang dapat membuat hati mereka bahagia.

Sosok ayah dalam hidupku lah yang mampu membuatku menjadi wanita yang tidak patah semangat dalam berjuang menggapai cita-cita dan rejeki, senyum dan canda tawa ayah lah yang mampu membuatku melupakan kesedihanku, walau hanya sesaat, sosok ayah yang sebagai pelindung, menjadi teman, sahabat dan pemimpin dalam keluarga yang paling hebat dalam hidup kami, terima kasih ayah atas segala waktu, tenaga, doa dan perjuanganmu dalam memberikan kehidupan kepada kami anak-anakmu.

Writer : NN.Yahya

Related Posts:

Perjuangan Sang Menantu


Entah apa yang ada di pikiran mertuaku, semenjak aku menikah dengan putrinya, tak sedikit pun dia menganggap aku ada, mungkin karena pendidikanku yang tidak setara dengan menantu yang lainnya. Aku hanya lulusan SMA, sementara iparku lulusan sarjana, tapi biar gimana pun aku adalah menantu, suami dari salah satu putrinya. 

Aku memang pria yang tidak sempurna, yang tidak berpendidikan sarjana dan juga tidak memiliki ekonomi yang mapan, namun aku adalah pria yang bertanggung jawab, aku mencintai istriku dan insyaallah aku mampu memberi kehidupan dan menafkahi istriku. 

Selama ini aku dan istriku tinggal bersama ayah dan ibuku, namun setelah 2 tahun masa pernikahan kami, dan kami dikaruniai seorang putri, dan istriku sedang hamil anak ke 2 kami, aku dan istriku berencana untuk pindah dan hidup mandiri, karena dirumah orang tuaku sudah sangat ramai yang tinggal disana, aku hanya ingin memberikan kenyamanan untuk istriku dan anakku, namun aku belum memiliki uang yang cukup untuk menyewa rumah, karena itu mertuaku memberikan kami tempat untuk tinggal kami sementara.

8 tahun kami sudah menempati rumah mertuaku itu, akhirnya kami disuruh keluar dari rumah itu, dikarenakan fitnahan dari adik iparku yang mengadu domba antara aku dan mertuaku, segala tuduhan, fitnahan serta hinaan yang dilontarkan mereka padaku, aku sadar pendidikan yang rendah dan kehidupan yang miskin membuat mereka memandangku sebelah mata, hanya saja meskipun demikian aku tetap menghargai mereka sebagai mertuaku. Aku menghargai keluarga istriku, seperti mertuaku sudah kuanggap sebagai mertuaku, dan adik-adik dari istriku sudah kuanggap seperti adikku sendiri, namun apalah daya, tetap saja mereka tidak pernah menerimaku sebagai menantu mereka, beginilah kehidupan sebagai seorang menantu di dalam pikiranku saat ini, aku tidak bisa membalas bahkan membela diri dari tuduhan yang mereka berikan padaku, sebab aku menganggap mereka adalah orang tuaku juga, saat itu aku hanya mampu bersabar dan terus bersabar.

Aku membawa istri dan anakku keluar dari rumah itu, dan aku pun hanya sanggup menyewa rumah yang kecil dan kumuh, sebab aku tidak memiliki uang yang banyak untuk menyewa rumah. Namun meskipun demikian, aku sangat bersyukur karena aku memiliki istri dan anak yang tidak pernah mengeluh dengan kehidupan kami ini. Kesabaran dan ketabahan mereka serta keceriaan anak-anakku lah yang saat ini mampu membuatku tegar dan tetap terus semangat mencari rezeki untuk mereka. 

Seiring berjalannya waktu, dengan hidup mandiri, bukan berarti cobaan hidup kami berlalu begitu saja. Cobaan pun terus menghantui kehidupan rumah tangga kami, bukan hanya dari pihak keluarga istriku, kini dari pihak keluargaku pun begitu juga, mereka selalu saja senang sekali mengkambing hitamkan istriku dari segala masalah yang terjadi. Semenjak kedua orang tuaku meninggal, mereka selalu mengusik kehidupan keluargaku, istriku tidak pernah dianggap sebagai ipar, mereka lebih senang anggap istriku sebagai orang lain. Terkadang aku meratap miris kehidupan kami, namun selalu istriku memberikan aku kekuatan agar kami tetap bersabar dan selalu mendidik anak-anak kami dengan baik dan menebarkan hal-hal positif kepada mereka.

Seiring berjalannya waktu, anak kami sudah tumbuh dewasa menjadi gadis-gadis yang penyabar dan kuat sama persis seperti ibunya. Dan putriku yang pertama akan segera menikah, karena itu aku dan istriku sepakat untuk tidak akan membiarkan masa lalu yang suram kami alami sebisa mungkin tidak akan terjadi pada kehidupan anak kami. Bagi kami kelak jika kami memiliki menantu, kami akan menganggap menantu kami adalah anak kami juga, meskipun dia bukan terlahir dari rahim istriku, tetap kami anggap dia sebagai anak kami, bukan hanya sekedar menantu, sebab jika kami memiliki menantu pria, dia adalah pria pengganti diriku sebagai seorang ayah, dia lah yang akan menafkahi putri kami, yang akan memberikan kehidupan yang baru buat putri kami, dan dari mereka lah kami akan memiliki cucu yang lucu-lucu nantinya, dan jika kami memiliki menantu wanita, kami akan anggap dia sebagai putri kami juga, sebab dari dia lah akan lahir penerus keluarga kami, dialah yang akan mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik cucu kami nantinya.

Menantu kami bukanlah orang asing, tapi mereka adalah anak-anak kami juga nantinya, sebab dari mereka lah nantinya akan terlahir penerus baru yang akan menggantikan kami. Tidak ada pilihan diantara menantu maupun anak kandung, mereka tetap anak-anak kami, karena mereka bukanlah sekedar menantu.

Related Posts:

Tipuan Sosial Media

Ok malam ini saya mencoba menuliskan tipu daya sosial media sejenis facebook, twitter, path, instagram dan sejenisnya kepada kita..
Hal ini sebenarnya sudah saya survey sejak 3 tahun yang lalu. Saya merupakan seorang pengiat teknologi khususnya dibidang Teknologi informasi..saya merupakan seorang IT freelancer dibidang programming..hampir semua jenis sosial media saya punya seperti sosial media facebook dan twitter saya sudah berumur sekita 7 tahun..sudah bermacam-macam orang yang saya temui di dunia maya dari ustad dunia maya, penipu dunia maya, penjahat-penjahat kelamin didunia maya, para developer pembangun sistem, publisher sampai bahkan para-para perentas dunia maya pernah saya temui di sosial media ini..
Ok well seperti yang kita ketahui bersama sosial media baiknya kita gunakkan sebagai media kita berkomunikasi dengan baik, mendekatkan orang-orang yang jauh jaraknya di kita.. Bukan sebaliknya menjauh kan orang yg dekat dengan kita..beberapa orang juga menggunkan sosial media untuk mempromosikan dagangan mereka .. Beberapa diantara lainnya mencari informasi dan berita mengenai apa yang terjadi didunia..
Seiring dengan berjalan nya waktu .. Sosial media menjadi sebuah ajang pamer, riya, dan membuang waktu oleh manusia-manusia yang tidak mengerti bagaimana adat menggunakan sosial media sebagaimana mustinya.. Banyak anak-anak dibawah umur yang seharusnya belom harus menggunakan sosial media dipaksa bahkan di anjurkan orang tua nya untuk menggunakan sosial media..bahkan yang lebih parah orang-orang tua menjadi bertingkah seperti anak-anak yang belum dewasa ketika menggunakan sosial media..
Well kita tau sosial media seperti facebook, twitter, path, instagram dan sejenisnya membuat kita memiliki banyak teman dari seluruh belahan dunia.. Bisa jadi tempat kita menemukan ide-ide baru dengan mensharing nya ke hal layak ramai..tapi taukah kawan banyak sekali tipu muslihat yang terjadi di dunia maya/sosial media?? Ok dari hasil 7 tahun saya menggunakan sosial media dan Saat ini akun anonim (fake) sosial media (facebook) saya berjumlah sekitar 500an akun. Tanpa anda sadari mungkin salah satu akun sosial media anonim saya mungkin adalah teman anda. Ini adalah beberapa hal yang merugikan dari sosial media :

1. Sosial media membuat anda jadi anti sosial.
Ya benar karna dengan sosial media anda menjadi malas untuk bersilaturahmi secara langsung dengan orang yang sebenarnya dekat dengan anda (tetangga, saudara, bahkan keluarga). Tanpa anda sadari anda lebih asik dengan gadget dan sosial media anda dari pada datang bersilaturahmi atau mungkin berkomunikasi via lisan dengan kerabat anda.
Bahkan anda bisa lupa pada anak anda, suami anda, istri anda,adik-adik anda, saudara-saudara anda, anda menganggap like kommentar teman-teman sosial media anda lebih penting dari orang-orang disekitar anda..anda akan menjadi tertutup dengan orang-orang disekitar anda

2. Sosial media menjadi ajang Riya (Pamer) dan Sia-sia.
Anda tidak sadar sebenarnya waktu ada terbuang sia-sia dengan mengakses facebook, twitter dan sejenisnya anda mampu berjam-jam didepan gadget anda hanya untuk bersosial media ria, sehingga terkadang anda lupa dengan tanggung jawab anda sebagai manusia kepada tuhan nya. (Kata bijaknya : Facebookan berjam-jam bisa sholat yg cuma 5 menit kadang berat). Dan percaya pada saya 90% pengguna sosial media hanya mengumbar kesia-siaan contoh : membuat status yang terkadang klo menurut saya g penting seperti contohnya :

- "Selamat Pagi Sobat Dumay" <<-- ini paling sering saya lihat di facebook setiap pagi.. Itu fungsi nya apa cobak?? Semua tau waktu itu sudah pagi..trus klo sudah pagi mau ngapain?? Mau balik lagi jadi malam klo kita buaf status seperti itu??

- atau "Status Diary Kehidupan" contoh nya "Makan siang yuk guys" <<-- emang klo buat status kyk gitu orang mau makan barengan ama kamu?? Enggak begok..!! Malah ntar ente yg susah klo semua temen2 sosial media ente datang minta dibayarin makan.

- atau "Status Curhat Sampah" kyk " Duh aku Galau" .. <<-- mau ente galau mau ente ngejebur ke jurang pun orang g peduli bro/mbak/sis.. Ente bukan publik figur atau sekelas artis hollyword jadi g perlu ente pamer kehidupan pribadi ente di sosial media..

- Ada lagi Tipe "Status Sok Selebritis" contohnya "Lagi Jemur pakaian", " Lagi Masak", "Lagi Bobok", " Baru bangun bobok" hampir semua kegiatan dibuat jadi status..g sekalian aja waktu "Lagi Boker" dibuat jadi status?? Yang baca juga muak dan mual terkadang dengan hal2 seperti itu bro/mbak/sis.

- Tipe tukang Update status melebihi makan obat dari dokter..dalam sehari bisa 10 sampai 30 bahkan bisa 100 status sosial media dalam 1 hari..

Hal riya dalam sosial media contohnya..setiap hari anda sibuk berselfie-selfi ria dengan kamera hape anda lalu anda post ke facebook?? Ini apa coba fungsinya?? Mau buat studio foto?? Mending ente cuci fotonya trus ente masukkin ke album foto..lumayan bisa nakut2in tikus didapur.. Atau foto2 makanan sebelum makan.. Ada baiknya ente baca doa klo sebelum makan bukan foto makanan nya..bayangkan jika yang membuka facebook anda anal kurang mampu yang buat makan aja dia susah..

Bayangkan bagaimana berdosa nya anda..

3. Sosial Media Fight
Ini juga merupakan hal yang paling sering terjadi di dunia maya..Orang bertengkar gara-gara sosial media .. Saling menghujat didunia maya..saling memfitnah didunia maya, saling tebar kebencian didunia maya, saling menyalahkan gara-gara sosial media..saling maki-makian bahkan bunuh-bunuhan karna sosial media Ini menurut saya hal paling g penting didunia..masih banyak hal yang bisa dilakukan.

4. Sosial Media Memiliki Syndrom Sok (Sok Artis, Sok Eksis, Sok Mengerti, Sok Kuat, dan Sok-Sok Lainnya).
Ini adalah dampak dari anti sosial tadi yang saya sebutkan diatas..syndrom sok ini terjadi karna anda terlalu yakin dunia maya dan dunia nyata itu sama..sebenarnya sangat bertolak belakang..anda bahkan bukan siapa-siapa didunia nyata walaupun anda kelihatan hebat didunia maya..rata-rata orang yang terlalu aktif di dunia maya merupakan anak kuper, kutu buku, kesepian dan sejenisnya sehingga dia membuat sosial media sebagai pelarian nya karna ketidak mampuan nya.

5. Sosial Media Membuat Anda lupa Siapa diri anda sebenarnya.
Banyak orang berkedok di sosial media mungkin anda salah satunya.. Berkedok ustad padahal bandit, berkedok cowok baik-baik padahal penjahat wanita, berkedok gadis padahal janda, berkedok wanita padahal laki-laki, berkedok bijaksana padahal g bs apa-apa, berkedok cantik padahal karya kamera 360, berlagak pintar padahal bodoh , berlajgak kaya padahal miskin, belagak muda padahal tua dan masih banyak kedok-kedok lain nya..
Seperti lagu "kedok ngorek kedok ngorek pinggir2 kali..teok tekdung teok tek dunf teok..teok ..tek dung" (^_^).
Anda bisa jadi siapa saja di sosial media..menjadi siapapun yg ingin anda mau disini tapi anda akan kehilangan jadi diri anda sebenarnya karna terlalu banyak menjadi "Wanna Be.."

6. Sosial Media membuat anda Miskin
Iya benar sosial media membuat anda miskin kreatifitas, miskin ide, miskin uang (karna abis buat beli paket..kadang lebih mentingin paket data internet dibandingkan makan)... Miskin iman karna banyak hal-hal yg bisa membuat hancur keimanan di sosial media...miskin saudara, miskin teman nyata, miskin kebijaksanaan, Miskin hal-hal nyata..bahkan anda bisa miskin rasa kemanusian karna sosial media..
Well demikian tadi pembahasan analisa saya mengenai sosial media, Saya bukan melarang para pembaca memiliki atau mengunakan sosial media..tapi alangkah baiknya sebelum menggunakan sosial media anda mengerti akan dampak dari sosial media yang perlahan namun pasti akan terjadi di hidup anda .. Yang Mendapatkan keuntungan dari hasil eksis anda di sosial media adalah pihak sosial media..bukan anda karna klo dalam dunia publisher IT ada istilah Trafik Visitor dimana artinya semakin sering website dan sebuah situs web dikunjungi maka akan semakin mahal dan tinggi nilai jual website tersebut..
Akhir kata mari kita sebarkan kebaikan di sosial media seperti sebuah Firman Allah "Berkatalah yang Baik atau Lebih Baik Diam" .. Sebarkanlah kebaikan supaya mendapatkan kebaikan..jangan jadikan sosial media penjerumus anda kelubang dosa tanpa anda sadari..mudah-mudahan kita dijauhkan dari semua kejelekan dan keburukan dan tipu daya dalam kehidupan..Aamiin..ya Rabbil ..Alamin.
Writer : Daiku7/Dev Smart Kode/Chief Kode Aceh/Seorang Hamba Allah/Manusia Biasa. (^_^)

Related Posts:

Suamiku Hebat

Namaku Linda, aku baru menikah 6 bulan yang lalu, selama pernikahanku, selalu aku merasakan kebahagiaan bersama suamiku. Aku sangat bersyukur memiliki suami sepertinya, semenjak kami menikah, tak pernah sedikit pun aku merasakan kekurangan kasih sayang darinya, terlebih lagi semenjak kami menikah, aku harus keluar rumah dan ikut dengan suamiku keluar kota. Berada diluar daerah tempat aku tinggal merasa asing bagiku, lingkungan dan masyarakatnya semuanya asing, namun suamiku selalu mendampingiku, dan tidak pernah merasa bosan selalu berada di dekatku.

Dari awal menikah, kemana pun aku pergi selalu di temani suami, tidak banyak ada suami yang selalu mau menemani istrinya kemana pun istrinya pergi, terlebih lagi kalau hanya untuk pergi belanja ke pasar untuk kebutuhan memasak dirumah, namun suamiku selalu menemaniku bahkan membawa belanjaan yang aku beli, dia tidak ingin aku yang membawa belanjaan itu semua, justru dia lebih senang kalau dia sendiri yang membawanya.

Tidak hanya itu suamiku juga selalu membantuku dalam urusan rumah, meskipun dia lelah dengan pekerjaannya diluar sana, dia selalu membantuku untuk mengerjakan pekerjaan rumah jika aku sedang sakit, justru dia selalu menyarankan aku untuk istirahat tidur di kamar dan membiarkannya yang menyelesaikan rumah, meskipun demikian sebagai seorang istri, aku tak ingin membiarkan suamiku yang mengerjakan semua pekerjaan yang seharusnya aku kerjakan. Aku lebih menyukai melakukan pekerjaan rumah bersama-sama meskipun kondisiku sedang sakit, namun tetap saja suamiku marah dan tak ingin aku tambah sakit, dia menyuruhku untuk duduk diam, hanya memberikan arahan apa-apa saja yang harus dia kerjakan, seperti memasak, apa saja bumbu yang harus dipersiapkannya, dan apa saja yang harus dimasak.

Hebatnya suamiku yang semakin membuatku cinta padanya, perhatian dan kasih sayang yang di berikannya padaku, membuatku semakin jatuh cinta padanya, bahkan di setiap harinya cinta itu semakin lama semakin tumbuh di dalam diriku ini. Berkat cinta yang selalu dia berikan padaku, selalu tercipta suasana hangat dan romantis dirumah, meskipun sebenarnya suamiku itu bukan tipe pria romantis.

Tidak hanya cinta dan perhatiannya, bahkan dia mampu meringankan rasa rinduku terhadap keluargaku di kampung sana, dengan sikap dan tingkah lucu dan jahilnya yang selalu dia lakukan seperti aku bersama dengan ayah dan adik-adikku disana. Kami tinggal hanya berdua, tapi aku bisa merasakan kalau aku sedang bersama dengan keluargaku juga, sebab suamiku selalu memberikan yang terbaik buatku, merasakan cinta, kasih sayang dan perhatiannya di setiap hari-hariku.

Aku hanya bisa berharap kehangatan ini tidak akan hilang seiring berjalannya waktu, aku hanya berharap dapat merasakan kehangatan dan keharmonisan selalu dalam hidup kami, meskipun kami hidup tidak bergelimpang harta, tapi aku bangga memiliki suami bergelimpang kasih sayang, sebab dapat merasakan suka, duka, senang dan sedihku selalu bersamanya.

Hebatnya suamiku yang bukan hanya menjadi imam dalam rumah tangga kami, suamiku juga menjadi teman disaat aku ingin curhat, menjadi sahabat yang selalu ada untukku yang mampu menghapus air mataku dikala aku bersedih dan mampu membuatku senang dikala aku merasakan kesepian. Aku bersyukur kepada Allah sebab aku memiliki suami hebat seperti ini.

Writter by N. Yahya

Related Posts:

Surat Terakhir Ayah

Sore ini entah kenapa pikiranku tak karuan, hari ini aku tak begitu konsentrasi dalam menggunakan gitar disaat kami latihan band.

"Kenapa denganmu dre?" Aji bertanya padaku.
"Entahlah aku pun tak tau, hanya saja aku kepikiran dengan ayahku." Jawabku.

Aku baru ingat sudah seminggu ayah dirawat dirumah sakit, namun tak pernah ada waktuku untuk bisa menjenguk ayah, karena kesibukanku dengan kuliah dan ngeband, karena dikampus akan mengadakan festival band, jadi kami pun fokus latihan dengan mempersiapkan lagu yang akan kami tampilkan nantinya.

"Ayahku sakit, sudah 1 minggu ini, aku belum ada berkunjung jenguk ayah dirumah sakit, padahal ibu selalu mengingatkanku untuk kerumah sakit." Ucapku kepada teman-temanku.

"Wah, parah kali sih kamu jadi anak, kenapa gak jenguk ayahmu? Kenapa gak kabari kita-kita? Sakit apa ayahmu dre?" Tanya heru kepadaku.

"Aku merasa ayah sakit cuma sakit biasa aja, sakit demam dan batuk aja, makanya aku tidak beri kabar ke kalian semua, sebab kita kan harus fokus latihan, lagian aku berpikir ayah akan secepatnya kok keluar dari rumah sakit, tapi aku heran juga sudah 1 minggu ayah di rawat inap dirumah sakit." Ucapku.
"Sebaiknya kita sekarang istirahat dulu latihannya, percuma juga kita lanjutkan, kalau ada yang tidak fokus dalam latihan, kita jenguk ayahmu dulu dre, supaya kau bisa tenang latihannya." Usul Restu kepadaku.

Saat itu juga, aku, restu, aji dan heru bergegas pergi kerumah sakit, dan setibanya dirumah sakit, aku melihat tidak ada ayah lagi disana, apakah ayah sudah pulang, kenapa tidak ada satu pun orang yang memberi kabar padaku.

"Maaf sus, saya mau tanya pasien yang bernama bapak Rahardji di rawat dikamar yang mana ya?" Tanyaku pada salah satu suster yang berjaga disana.

"Oh bapak rahardji sudah keluar dari rumah sakit, sejak kemarin mas." Jawab suster itu padaku.
"Sudah keluar, apakah beliau sudah sembuh, makanya diperbolehkan keluar?" Tanyaku.

"Disini tercatat kalau beliau sendirilah yang meminta untuk dirawat jalan atau dirawat dirumah saja mas, padahal kondisi beliau masih belum ada perkembangan sama sekali." Jawab suster.
"Oh begitu, makasih ya sus." Ucapku.


Tapi entah kenapa dari keterangan suster itu semakin membuatku khawatir, aku segera menelpon adikku Rita tapi tidak diangkat, bahkan aku menelpon kerumah, tapi tidak diangkat juga. Hal ini semakin membuat hatiku gelisah, aku memutuskan untuk kembali pulang, dan teman-temanku ikut serta denganku.



Setibanya dirumah, sungguh kaget, kenapa begitu banyak orang yang datang kerumah, ketika aku masuk, aku melihat Rita menangis lalu masuk ke kamar ayah dan ibu, aku pun segera menyusul masuk juga, tersentak aku melihat suasana di dalam kamar, innalillahi wainnailaihi rojiun, ayahku sudah meninggal saat aku tiba disana.

Aku langsung peluk ayah, kenapa secepat ini, kenapa ayah pergi tinggalkan kami semua, ucapku dalam hati.

"Kenapa kamu baru pulang nak? Kenapa kamu tak pernah mau datang disaat ayah memanggilmu, kenapa disaat dia baru menghembuskan nafas terakhirnya, kau datang kesini?" Ucap ibu.
Aku tak dapat berkata apa-apa lagi, aku hanya dapat mengucapkan kata maaf pada ibu.

"Maafkan andre bu, andre tidak mengira kalau ayah akan secepat ini pergi meninggalkan kita." Ucapku.

"Simpan saja ucapan maaf abang kepada kami, sebab permintaan maaf abang tak kan membuat ayah kembali di sisi kita, saat ayah ingin bertemu, abang tak kunjung datang, ketika abang datang, ayah langsung hembuskan nafas terakhirnya, hanya kedatanganmu lah yang ditunggu-tunggu ayah selama ini." Ucap Rita kepadaku.

Aku hanya bisa menunduk terdiam dan menangis, menyesali semua perbuatanku selama ini kepada ayah, semua perkataan Rita padaku memang benar adanya, aku tidak mempedulikan ucapan ibu yang ingin aku menjenguk ayah, namun penyesalanku tak dapat membuat ayah kembali lagi.

Setelah ayah selesai dikebumikan, dan kami pun selesai tahlilan dirumah, aku masuk kembali kedalam kamar ayah, aku pandangi foto ayah ketika masih ada bersama kami, teringat semua kenangan disaat ayah selalu ada untuk kami, betapa bahagianya aku, tapi disaat ayah sakit, aku justru sibuk dengan urusan kampus dan band yang selama ini aku lakukan, maafkan aku ayah, maafkan aku, sambil menangis aku ucapkan itu dan aku pun mengelus tempat tidur dimana ayah tidur selama ini, yang sekarang tidak akan pernah ada lagi ayah tidur di tempat tidur ini, akan tetapi di balik bantal ayah terselip selembar kertas, aku ambil kertas itu lalu aku baca.

"Andre, ayah sangat tau kau sangat sibuk diluar sana nak, sibuk dengan urusan ilmu dan duniawimu, ayah mengerti dengan hobimu yang suka bermusik, tapi apakah kau tidak rindu ayah nak? Ayah rindu padamu, sudah 1 bulan kau tak pulang kerumah, karena sibuk dengan band mu itu, kau selalu menginap dirumah temanmu, ayah tak melarangmu untuk hal-hal positif yang kau lakukan diluar sana, hanya saja, janganlah kau pernah lupakan kami disini, dan juga jangan pernah lupa akan ibadah nak. Mungkin saat kau membaca surat ayah, kau tidak akan bisa berbicara dan bertemu dengan ayah lagi, entah sampai kapan ayah mampu menahan rasa sakit ini demi untuk bisa bertemu denganmu langsung, memberikan nasehat terakhir untukmu sebagai kepala rumah tangga, dan sebagai pengganti ayah nantinya. 

Ayah hanya berpesan padamu untuk tidak lupa akan ibadah dan keluarga, kau boleh kejar cita-cita dan impianmu diluar sana, tapi sebagai kepala rumah tangga jangan sampai lupakan ibu dan adikmu, kau hanya punya satu adik perempuan yang kini dia sudah beranjak dewasa, jaga dia, jangan sampai dia lepas kendali dan terlalu bebas bergaul dengan duaniwi diluar sana, tetap kalian ingat akan Allah sang pencipta. Ayah juga minta jaga ibumu, jangan biarkan dia kesepian tanpa ayah, beri dia semangat nak, dan sekarang kamulah yang mencari nafkah buat adik dan ibumu, kelak jika kau berumah tangga, tetaplah kau menjaga ibu dan adikmu sampai akhir hayatmu, maafkan ayah karena tak dapat menemani kalian lagi di dunia ini, ayah berharap kau bisa menjadi seorang pemimpin dalam rumah tangga yang baik buat istri dan anakmu kelak, dan menjadi kepala rumah tangga buat ibu dan juga adikmu. Maafkan ayah karena memberikan beban yang berat padamu. Ayah sayang kalian. Wassalam."

Air mataku terus menerus mengalir, dan aku pun berjanji akan menepati semua keinginan dan harapan ayah padaku.

Writter by N. Yahya

Related Posts:

Pengorbanan Seorang Istri

"Pernahkah kau mencintaiku seperti aku mencintaimu?"

kata-kata itu selalu ia ucapkan pada kekasihnya itu. Gadis itu benar-benar mencintai seseorang yang sepantasnya ia pangil paman. Begitu cintanya ia kepada laki-laki itu sampai ia rela lakukan apa saja asal bisa bersama denganya. Tidak perduli dengan apapun.

"Aku mencintaimu, tapi maaf tidak bisa menikahimu."

Entahlah. Berkali-kali laki-laki itu mengucapkan kata cinta tetap saja banyak keraguan didalam hati gadis itu. Dalam benaknya hanya terpikir kalau laki-laki itu hanya ingi mempermaninkanya.

"Kau tahu aku milik orang lain, tapi mengapa tetap memaksakan hubungan ini?"

gadis kecil itu tidak pernah bisa menjawab, mengapa ia selalu memaksakan hubungan yang sudah jelas akhirnya. hanya sebuah kalimat kecil yang selalu menyertai jawabanya. "Karena aku cinta."
Hari dimana mereka harus berpisah semakin dekat. hari itu begitu menyakitkan untuk gadis itu. ia selalu memohon pada kekasihnya agar selalu menemaninya di hari-hari terakhirnya bersama kekasihnya itu.

"Temani aku ya, tiga hari ini saja. setelah itu semuanya berakhir."

kekasihnya tidak pernah menjawab iya ataupun tidak. hanya seperti mengantungkan harapan pada gadis itu.

"Kalau bukan karena cinta." gadis itu mulai meneteskan air mata "Temanilah aku karena kau kasihan padaku."

Tapi entah mengapa kekasihnya tetap saja tidak bisa menemaninya, bahakan hingga hari terakhir dia berada disana kekasihnya tetap diam dan tidak menemuinya.

"Mengapa kau seperti ini kepadaku? apakah aku benar-benar tidak ada artinya untukmu. apakah tidak ada sedikitpun cinta untukku. mengapa kau tidak mau menemuiku. padahal esok kita akan berpisah."

Entah sudah berapa banyak air mata yang telah ia buang untuk kekasihnya itu. ia merasa saat ini cintanya pada laki-laki itu benar-benar tidak ada artinya. sedikitpun laki-laki itu tidak perduli dengan perasaanya.

Kini ia hanya tinggal menghitung jam sampai pagi menjelang dan semuanya berakhir.

"Tuhan, mengapa aku begitu tidak ikhlas kehilangan nya. Padahal Engkau sudah memperingatkanku untuk jangan mencintainya. Bahkan akupun tahu dia takan pernah menjadi milikku." Jarum panjang pada jam dinding itu masih terus berputar. dan entah mengapa lajunya semakin cepat. Beberapa saat kemudian handphone gadis itu berdering.

"Aku didepan rumahmu, keluarlah."

gadis itu berlari kencang keluar rumah, berharap kali ini benar-benar kekasihnya yang ada diluar sana.

Ya, memang dia. berdiri menunduk didepan mobilnya. entahlah, wajahnya tak begitu nampak. apaka dia sedih atau senang gadis itu tidak pernah tahu.

Jam menunjukan pukul 11.45 pm. Malam ini terasa begitu dingin, tapi gadis itu hanya berlari pergi mengejar kekasihnya hanya dengan sandal jepit dan celana pendek serta baju tipisnya.

"Kau tidak ada baju lain?"

gadis itu hanya menggeleng.

"Kenapa tidak pakai jaket?"

"Semuanya sudah kumasukkan dalam koper."

Dia masih tetap diam. tidak banyak kata yang dia ucapkan malam itu.

"Kau tidak mau memelukku?" gadis itu menatap kekasihnya pelan.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Tidak ada."

"Kau tidak mencintaiku?"

"Aku cinta padamu."

"Tapi mengapa kau terus menyakitiku?"

"Karena kau juga menyakitiku."

"Aku, menyakitimu? apa, apa yang membuatmu tersakiti."

"Sudahlah, kita ganti topik saja!!" wajah laki-laki itu tampak sedikit marah dan kesal.

"Kau tidak pernah menyayangiku. kau lebih suka melihatku menangis kan." air mata itu sudah terlalu sering dibendung. air matanya sudah tidak tertahan lagi. semua yang ia rasakan pada kekasihnya ia katakan begitu saja tanpa perduli dengan apapun.

"Kau senang aku pergi, karena kau bisa dengan mudah dapatkan pengantiku."

semuanya, semuanya sudah diucapkan. bahkan gadis itupun lupa apa yang tadi ia ucapkan pada kekasihnya.

"Ya semuanya benar!!" laki-laki itu tampak begitu marah. " Kau benar, aku tidak mencintaimu, tidak menyayangimu, aku hanya memanfaatkanmu, dan ya semuanya benar bahwa aku hanya orang jahat. kau puas!!!"

kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan gadis itu tanpa seutas senyumpun untuknya. Matahari mulai nampak. koper-koper itu tampak begitu besar dan berat. Semua kawan-kawannya sudah bersiap didepan rumah hanya tiggal gadis itu.

"Datanglah sebentar saja kerumahku. Sebentar saja." air mata itu terus mengalir. "Kumohon."

"Aku tidak bisa. aku harus bekerja."

"Sebentar saja."

kekasihnya tidak banyak bicara dan segera mematikan teleponya.

Sesaat kemudian sebuah pesan singkat masuk ke handphone nya. Maaf aku tidak bisa datang. Pulanglah. Suatu hari nanti aku pasti akan menemuimu. aku mencintaimu.

Kenapa begitu. kenapa laki-laki itu begitu jahat pada gadis itu.

yang bisa dilakukan gadis itu hanyalah memohon agar kekasihnya bisa datang.

tapi tetap, kekasihnya tidak pernah datang.

"Tuhan, aku benar-benar tidak ikhlas dengan semua ini. kalau Kau sayang padaku, Tuhan. tunjukan padaku kalau dia benar-benar mencintaiku. Perlihatkan padaku kalau ada aku dihatinya."

Bus itu melaju cepat menuju Airport, hinga Doaaaaaaarrrrrrr.... sebuah kecelakan besar menumbangkan bus itu.

4 dari 13 orang penumpangnya mengalama cedera berat, termasuk gadis itu. 7 buah mobil ambulan datang dengan cepat dan mengantarkan mereka ke rumah sakit terdekat.

gadis itu tampak tidak merasakan apa-apa padahal lukanyalah yang paling berat. dia hanya terbaring diam melihat keadaan disekitarnya. hinga seseorang datang dengan berlari dan segera memeluknya.

"Apa yang terjadi padamu?"

gadis itu tetap dia, kini dia bisa merasakan lukanya, begitu sakit, pedih dan sangat menyiksa.

"Dengarkan aku. semuanya akan baik-baik saja. dokter akan menolongmu."

wajah laki-laki itu tampak begitu khawatir.

"Aku, tidak ingin pergi." suara gadis itu terbata-bata "Tidak ingin meninggalakanmu."

"Kau tidak akan pernah meningalkanku dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

"Sa-kit... disini sakit." gadis itu mengengam dadanya kencang, seraya mengisyaratkan sesuatu.

"Semuanya akan baik-baik saja. aku tidak akan meningalkanmu."

gadis itu mulai tersenyum tipis.

"Kau mau kita berpisah kan, sekarang kita akan berpisah. Tuhan tidak mau kita bersama. Dia ingin aku menemaniNya. karena kau tidak bisa menemaniku." Senyum gadis itu semakin melebar tapi wajahnya masih tampak kesakitan. "Kau mau aku pulang kan, aku akan pulang tapi kau tidak bisa menemuiku lagi."

laki-laki itu hanya terdiam. matanya mulai memerah.entah apa yang kini bergejolak dihatinya. begitu pedih dan menyakit.

"Sayang, Pernahkah Kau mencintaiku seperti aku mencintaimu?"

tubuh gadis ini begitu dingin. denyut nadi dan detak jantungnya mulai tak terdengar. darah segar masih terus mengucur dari hidung dan kepalanya. dan senyum manisnya dibibirnya menemani matanya yang kini mulai tertutup.

Entahlah harus berapa kali kukatakan bahwa aku mencintaimu.
Entahlah apa yang harus kulakukan agar kau percaya aku menyayangimu.
Kau tahu kita takkan pernah bisa bersama, tapi kau terus memaksakan semuanya.
Kau tahu aku tidak akan bisa melihatmu pergi tapi kau terus memaksaku untuk datang.
Sekarang kau benar-benar meningalkanku dan berkata bahwa aku bahagia tanpamu.
Penahkah aku mencinkaimu seperti kau mencitaiku?

Aku pernah mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu dan cintaku lebih besar dari cintamu kepadaku.

Related Posts:

Maafkan Aku Suamiku

Suami saya adalah seorang Freelancer di bidang IT, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan- alasan saya   mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan   halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak   yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan.Rasa sensitif- nya kurang. Dan ketidak mampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal. Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

"Mengapa ?",   tanya suami saya dengan terkejut.

"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan," jawab saya.

Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan   komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.   Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya," Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu ?"

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya:
Seandainya, saya   menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu   jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya ?"

Dia termenung dan akhirnya berkata,"Saya akan  memberikan jawabannya besok."

Perasaan saya   langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan.



"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan  saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.
"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ' teman baik kamu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk   memijat kaki kamu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya   selalu kuatir kamu akan menjadi aneh'.

Saya harus membelikan sesuatu   yang dapat menghibur kamu di rumah at au meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."

"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi,terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu.

Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."

"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah.

Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."

"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak   sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian   saya."

"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu   lebih dari saya mencintai kamu.Untuk  itu Sayang, jika semua yang telah   diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tida k cukup buat kamu,saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain   yang dapat membahagiakan kamu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk
terus membacanya.

"Dan   sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas   dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah   ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana   menunggu jawaban kamu."

"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini,Sayang,biarkan saya masuk untuk membereskan barang- barang saya, dan saya   tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu   bahagia."

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang coklat dan ice cream kesukaan saya.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat   memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan   adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

Related Posts:

Ayah Berhentilah Merokok..Ku Mohon.!!

Ini adalah sepenggal episode hidupku bersama Ayah. Mungkin ayahku takkan pernah membaca tulisan ini karena ayahku tak kenal facebook. Aku harap tulisan ini jadi prasasti cintaku pada ayah dan cinta ayah kepadaku.

Ayahku adalah lelaki penyayang. Ia tak tega melihat makhluk apapun tersakiti. Membunuh seekor semutpun ayahku tak tega. Beberapa kali halaman rumah didatangi ular. Bukannya membunuh ular tersebut, Ayah malah mengobrol dengan ular tersebut sambil menunjukkan jalan keluar dari halaman rumah. Begitu juga dengan tikus yang kadang datang mengganggu. Ayah tak pernah mau memasang perangkap atau meracun. Kasihan, kata ayah. Waktu Ibu sedang mengandung aku, Ayah pernah menolong seekor kucing yang hamil tua dan sedang mencari tempat untuk melahirkan. Kata ibuku, sejak itulah di rumah nenekku banyak kucing.
 
Ayah berhati lembut tapi kalau berkata-kata kadang agak kasar, apalagi bagi orang yang belum mengenalnya. Waktu kecil aku sangat segan terhadapnya. Ayah sangat disiplin, rapi, teliti. Konon, waktu Ayah masih bujang, kamar ayah bisa dijilat saking bersihnya. Sebelum masuk kamar, kami terbiasa cuci kaki. Aku dan adikku tak pernah membawa mainan ke atas tempat tidur. Kalau sampai ada mainan di atas tempat tidur, artinya kita sudah bosan dengan mainan tersebut alias akan dibuang ayah.

Ayah tak suka jalan-jalan. Hobi Ayah adalah membaca. Hobi ini menular pada kami, anak-anaknya. Kalaupun Ayah mengajak kami jalan-jalan, maka tempat yang dituju adalah toko buku, pameran buku, ya tidak jauh-jauh dari buku. Kalau aku, adikku dan Ayah sudah memegang buku, sepertinya tak ada yang menarik lagi di dunia ini.

Meski tegas dan disiplin – kadang terkesan otoriter, Ayah sebenarnya demokratis. Ketika aku masih duduk di bangku sekolah, hampir tiap malam kami berdiskusi tentang apa saja. Ayah tak gengsi mendengarkan pendapat kami. Satu hal yang tak bisa disepakati Ayah, yaitu masalah rokok (dulu ayahku perokok). Tiap kami menasehati ayah agar berhenti merokok, kami selalu kalah argumen. Macam-macam alasan Ayah. Satu yang menurutku paling aneh, yaitu ayah merokok karena setia kawan! Kata Ayah, sungguh tidak enak kalau sedang berkumpul dengan teman-teman yang semuanya merokok, lalu kita tidak merokok. Rasa gimana…gitu. Aku hanya geleng-geleng kepala.

Ayah sudah sering dinasehati oleh dokter agar berhenti merokok karena ayah sering mengalami serangan sakit dada mendadak. Waktu itu, aku belum tahu teori tentang perokok pasif yang justru lebih menderita daripada perokok aktif. Yang kutahu hanyalah ayahku perokok, ayahku sakit dada, ayahku harus berhenti merokok. Aku belum tahu penjelasan ilmiah tentang rokok semisal kandungan nikotin dan kawan-kawannya itu. Aku juga belum membaca referensi tentang cara berhenti merokok dan cara menolong orang agar bisa berhenti merokok. Aku juga belum tertarik untuk mempelajari hukum merokok menurut agama. Aku pun belum pernah melakukan hitung-hitungan andai uang rokok ayahku dikumpulkan untukku saja. Aku belum terpikir semua itu. Yang ada dalam pikiranku saat itu hanyalah aku mencintai ayah, aku tak mau ayahku mati gara-gara rokok.

Lalu sore itu, menjelang azan maghrib berkumandang seperti biasa, kami ngobrol-ngobrol bersama Ayah. Aku berkata, “Ayah, seandainya aku meninggal, aku meminta satu permintaan terakhir, apakah ayah akan mengabulkan?” tanyaku.

“Memangnya kau mau minta apa?” tanya Ayah.

“Aku minta, Ayah berhentilah merokok… Ya, Yah. Jangan lupa, ini pesanku kalau aku mati duluan” Entah darimana aku dapat kalimat tersebut. Yang jelas, sebagai anak-anak pada saat itu aku sudah kehabisan bahan untuk menasehati Ayah.

Subhanallah. Sungguh ajaib, sejak itu, Ayahku benar-benar berhenti merokok. Hari ini belasan tahun telah berlalu, tak jarang ibuku mengungkit cerita lama tersebut sambil berkata, “Tuh, Ayahmu tak mau mendengarkan kata-kata Ibu, tapi mendengarkan anak-anaknya mau aja”

Aku suka tersenyum sendiri jika mengingat peristiwa tersebut. Apakah sebenarnya yang membuat ayahku berhenti merokok? Aku tak pernah menanyakannya, dan aku tak ingin bertanya. Biarlah aku merasa senang dan bangga dengan satu simpulan yang kuukir sendiri bahwa ayahku berhenti merokok karena ia tahu aku mencintainya dan karena ia pun mencintai kami, anak-anaknya.

Related Posts:

Tangisan Ibu

15 tahun yang lalu, aku terpaksa pergi meninggalkan rumah, meninggalkan mereka yang aku cintai, meninggalkan anak dan suamiku. Dengan hati yang berat aku pergi merantau ke negeri singapore, disanalah aku mencari nafkah dan memulai kehidupan yang baru.

Sangat sulit ku rasakan hidup tanpa keluargaku disini, aku hidup sendiri, tak seorang pun yang aku kenal disini, tapi aku harus semangat, mengingat anak-anakku yang butuh banyak uang untuk biaya kelangsungan sekolah mereka, aku ingin anakku punya pendidikan yang layak, sehingga mereka bisa berkarir dan menggapai cita-cita mereka, dengan penghasilan suamiku yang hanya sebagai penarik becak, kami tidak dapat memberikan pendidikan sampai ke jenjang universitas ternama disana, karena itulah aku harus membantu suamiku untuk mencari uang.

Setelah aku bekerja disini, ku jalani dengan ikhlas pekerjaanku, awalnya berat, tapi tiap kali ku ingat mereka yang jauh disana, semangatku bangkit kembali. Hari berganti minggu, bulan dan tahun, ya tak terasa ternyata sudah 5 tahun aku bekerja disini, aku merasa bangga, karena aku yakin anakku yakub, anak pertamaku kini sudah lulus sekolah, dan dia akan masuk ke universitas yang dia inginkan, sementara yani, kini dia memasuki sekolah SMA.

Setiap bulannya aku selalu mengirimkan separuh gajiku ke rekening suamiku, untuk biaya sekolah anak-anak disana, dan sekali-sekali, jika ada waktu senggang, aku selalu berkirim surat ke mereka, tapi hatiku sangat bingung, entah kenapa 1 kalipun mereka tak pernah membalas surat dariku, tapi hal itu tidak membuatku putus semangat untuk mengirimkan uang ke mereka.

Tiba-tiba aku bertemu dengan tetanggaku, dia baru saja diterima sebagai karyawan baru di perusahaan tempat aku bekerja, aku sangat terkejut dan aku sangat senang, akhirnya aku bisa sedikit bertanya kepadanya tentang keadaan anak dan suamiku di kampung sana.

"Hai mirna, gimana kabarmu? Aku tak menyangka, kita akan bertemu disini." Ucapku.

"Hai dinda, aku juga terkejut, ternyata kau ada disini rupanya, kenapa kau tak pernah ada kabar? Selama ini kau kemana aja, kasihan anak-anakmu, semenjak kepergianmu mereka terus mencarimu, sampai mereka bosan sendiri, dan sekarang sudah tak pernah bertanya-tanya lagi tentangmu, justru sekarang setiap kali membahas tentang ibu mereka, anak-anakmu tak ingin menjawabnya, bahkan tak ingin mendengar sebutan ibu mereka." Ucap mirna (merasakan sedih).

"Masyaallah, kenapa anak-anakku begitu, aku selalu mengirim kabar ke mereka, bahkan setiap bulannya aku selalu berkirim surat ke mereka, sejak awal aku bekerja disini, aku selalu kirim surat, tapi suratku tak kunjung 1 kalipun mereka balas, aku pun bingung dan bertanya-tanya." Ucapku.

Seketika mirna menunduk dan sedikit menghela nafas, ada sesuatu yang ingin diucapkannya tapi dia takun membuatku justru menjadi kecewa dan sedih, biar gimana pun aku dan mirna sudah menjadi tetangga dekat, semenjak kami menetap disana.
"Dinda, aku benar-benar minta maaf, tak sewajarnya aku menyampaikan ini, tapi ada hal yang perlu kau ketahui, apa sebab anakmu bersikap seperti itu, awalnya aku tidak tau, sekarang aku bisa mengerti dan bisa menjawab sendiri pertanyaanku tentangmu selama ini, setelah aku bertemu langsung denganmu." Ucap mirna.

"Apa itu mir? Katakan saja padaku, sebab aku ingin tau apa yang terjadi dengan keluargaku disana, karena mereka tak kunjung memberi kabar, aku disini bekerja keras untuk biaya pendidikan anak-anakku, tiap bulan aku kirim uang dan kirim surat ke mereka, hatiku sedih, seolah mereka tak mengingatku lagi." Ucapku.

"Din, semenjak kau pergi tanpa pamit dengan suami dan anakmu, anak-anakmu selalu mencarimu, setiap hari mereka datang kerumahku menanyai kabar tentangmu, apakah kau menelponku, atau kau kirim surat padaku, mereka lakukan itu selama 2 tahun, sampai mereka beranjak dewasa dan bosan sendiri menanyai pertanyaan yang tak kunjung ada jawabannya, sementara suamimu, 1 tahun sepeninggalanmu dia buka usaha grosir di kampung, usahanya berjalan dengan lancar, kami pun heran darimana dia mendapatkan modal, dia mengaku meminjam uang pada bank, tapi kami tak begitu yakin dengan jawaban suamimu, dan bukan hanya itu, dia sekarang sudah menikah lagi, dan kini punya 1 orang putri dari istri keduanya itu, semenjak menikah, anak-anak dan suamimu hidup terpisah, sebab anakmu tak rela punya ibu baru, dan istri kedua suamimu tak pernah pedulikan mereka, karena hidup keras mandiri jauh dari ayah dan ibu mereka, membuat mereka menjadi anak yang tumbuh kuat, mereka pulang sekolah bekerja separuh waktu di cafe untuk kehidupan mereka, sekali-sekali mereka datang kerumahku sambil bercerita, mereka mampu hidup mandiri membiayai semua kebutuhan hidup mereka, sebab kedua orang tua mereka tak mengingkan mereka, semenjak suamimu menikah lagi, tak sedikit pun dia menafkahi anak-anakmu lagi." Ucap mirna.

Hatiku tersentak, kaget dan aku pun menangis mendengar kenyataan itu, kenapa begitu perih hatiku saat ini, aku selalu memikirkan suamiku, kenapa mereka tega melupakanku, dan suamiku, aku tidak menyangka dia menyalahgunakan kepercayaanku.

"Aku tidak tau harus berkata apa lagi, satu yang aku inginkan saat ini, aku ingin memberitahukan kenyataan yang sebenarnya kepada anakku, mengenai suamiku, aku sudah tidak peduli lagi, terserah dia mau berbuat apa, tapi aku gak ingin kehilangan cinta dari anak-anaku." Ucapku sambil menangis.

"Begini saja, aku punya solusi, kamu kirim surat saja ke alamat rumahku, anakku akan memberikannya kepada mereka, sebab anakku dan anakmu masih sering bertemu dan bermain bersama." Ucap mirna.

Aku pun menyetujui akan saran mirna, aku tulis surat, isi hatiku pada mereka, dan alhamdulillah mereka membalas suratku, aku menangis meratapi semuanya, tapi kini aku telah berkumpul kembali dengan mereka, 15 tahun aku merantau, aku dapat membangun rumah buat kami tinggal, sementara suamiku, kehidupannya seperti sediakala, sebab aku tak lagi mengirimkan uang padanya. Kini tangisan 15 tahun itu, sudah ditebus dengan air mata kebahagiaan, tinggal bersama anak-anakku, dan kini mereka sudah menikah, dan akupun sekarang sudah memiliki cucu.


Writter by N. Yahya

Related Posts:

Fitnah

Fitnah...taukah kita apa itu fitnah?
Taukah kita apa artinya fitnah?

Sebagian banyak orang di dunia ini pasti sudah mengetahui apa itu fitnah, dan juga pernah merasakan fitnah, tapi meskipun demikian tidak jarang sekali orang melakukan fitnah untuk mendapatkan sesuatu hal yang di inginkannya.

Ya dia itu fitnah, satu kata yang dapat membuat hubungan seseorang dari yang harmonis menjadi permusuhan.

Ya dia itu fitnah, satu kata yang dapat menghancurkan hidup seseorang.

Ya dia itu fitnah, yang dapat menyakitkan hati banyak orang.

Ya dia itu fitnah, perbuatan yang dilarang Allah, tapi sangat di sukai setan.

Pagi ini ari ke kantor seperti biasanya, tapi entah kenapa saat melangkah keluar menuju kantor, dia merasakan perasaan yang tidak baik, seperti sesuatu hal buruk akan terjadi padanya, namun dengan di mulai dari doa, ari pun tetap melanjutkan keinginannya untuk ke kantor.


Setibanya di kantor, hal buruk itu pun terjadi, ari mendadak di panggil untuk segera menghadap ke manager keuangan, ketika dia menghadap manager, ari diberikan dokumen yang berisi data hasil kerjanya kemarin, dan ari pun terkejut, kenapa semua datanya sangat berbeda dengan yang dia kerjakan, akan tetapi sebelum ari menjelaskan data yang diberikan managernya, ari sudah dimarahi oleh managernya akibat hasil kerja yang dia terima, semua dokumen penting yang harusnya disiapkan untuk bahan meeting, jadi berantakan, sementara jadwal meeting tinggal sekitar 30 menit lagi, dan sangat logis kalau managernya ari marah, sebab dokumen itu tidak dapat di perbaiki dalam waktu 30 menit saja.

Disaat hal yang menegangkan itu, ari tidak diberikan kesempatan untuk berbicara sama sekali untuk dapat membela dirinya, dan tiba-tiba terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu "permisi pak, boleh saya masuk, ada dokumen penting yang harus saya berikan kepada bapak" ucap rangga.

"Saya tidak ingin melihat dokumen yang lain dulu, kamu letak aja di atas meja saya, nanti akan saya cek setelah meeting, masih ada dokumen yang lebih penting lagi, yang harus diselesaikan saat ini juga" jawab managernya ari.

"Ini adalah dokumen penting yang harus bapak cek, karena ini adalah dokumen yang bapak perlukan untuk bahan meeting" ucap rangga (sambil memberikan dokumen yang dipegangnya ke manager mereka).

Setelah manager keuangan itu melihat dan mengeceknya, dan ternyata memang itulah bahan yang diinginkan manager mereka.

"Oke, terima kasih rangga, saya akan segera keruang meeting, dan untuk saat ini kamu ari, jangan melakukan tugas apa pun lagi, semua dokumen penting saya hari ini hancur berantakan karena kamu, saya akan menemui kamu lagi, setelah meeting selesai" ucap manager mereka.

Setelah 2 jam berlalu, ari pun di panggil kembali ke ruangan manager keuangan, dan ketika ari masuk, managernya memberikan selembar surat, ari pun membaca surat tersebut, dan betapa terkejutnya perasaan ari saat itu.

"Pak, maaf saya di pecat?" Tanya ari.

"Iya, kamu dipecat, sebab ini adalah rapat paling penting di perusahaan kita. Saya selalu percayakan semua sama kamu, tapi kenapa kamu menyalahgunakan kepercayaan saya sama kamu?" Ucap managernya.

"Saya ingin menjelaskannya pak, tapi bapak tidak beri saya kesempatan untuk berbicara, dokumen itu bukan saya yang buat, itu palsu pak, saya berani sumpah, saya kerjakan semuanya dengan teliti, dan tidak ada kesalahan sedikit pun" ucap ari.

"Jika itu bukan dokumen kamu, jadi itu dokumen siapa ari? Kamu sendiri kan yang memberikan langsung kepada saya dokumen itu semalam ketika saya mau pulang kerumah, dan dokumen itu saya simpan rapi di dalam tas saya" jawab managernya.

Ari pun bingung dan tidak bisa membela diri lagi, karena semua pemikiran managernya itu memanglah benar, karena ari mengingat kembali, ketika managernya buru-buru pulang, ari memberikan dokumen itu pada saat managernya sudah memasuki mobil, dan karena managernya percaya selalu pada ari, dia pun tidak memeriksa dokumen itu, dan langsung menyimpannya di dalam tas. Namun ari masih ingat juga, rangga meminta bantuan kepada ari, karena data yang dia kerjakan ada sedikit erornya, dan rangga sempat singgah ke mejanya ari, tapi apakah pikiran ari benar atau tidak hanya Allah yang lebih mengetahuinya.

Dengan berat hati, ari pun pergi keluar kantor, dengan hati yang ikhlas, yang ada di dalam pikiran ari saat ini adalah mungkin sampai disinilah rejeki ari untuk bekerja disitu.

1 minggu telah berlalu ari dipecat dari kantornya, dan yang menggantikan posisi ari adalah rangga, karena bagi manager keuangan itu, rangga lah yang menyelamatkan perusahaan karena telah memberikan data yang akurat pada saat meeting dimulai, akan tetapi ketika diberikan tugas, rangga gugup sendiri, tidak bisa melakukan apa pun, tidak sepintar dan sebijak ari, berkali-kali rangga melakukan kesalahan, dan pada akhirnya rangga menyerah, dan mengakui kesalahan fatal yang telah dia lakukan kepada ari, atas pernyataannya itu rangga pun akhirnya di pecat juga, dan manager keuangan itu kembali menghubungi ari untuk dapat bekerja kembali di perusahaan, namun ari menolaknya karena saat ini ari sudah merasa tenang dan bangga dengan pekerjaan yang sekarang, sebab setelah di pecat dari kantornya ari membuka usaha cafe, dengan menu spesial yang di makanannya di racik sendiri oleh ari dan istrinya, meskipun belum begitu memiliki hasil keuntungan yang besar, karena mereka masih merintis usaha cafe tersebut, ari merasa nyaman, karena bukan uang yang buat kita merasa nyaman dan tenang dalam melakukan pekerjaan.

Writter by N. Yahya

Related Posts:

Jodohku

Entah apa yang direncanakan Tuhan untukku, hingga kini usiaku beranjak 31 tahun, namun tak satu pun ada pria yang pernah singgah di hatiku. Terkadang aku sering merasa Tuhan itu tidak adil terhadapku, kenapa semua orang memiliki pasangan? Kenapa semua orang sudah bertemu dengan jodoh mereka? Bahkan tidak sedikit teman-teman seusiaku sudah memiliki anak, sementara aku...sementara aku...tak pernah bertemu dengan sosok pria yang benar-benar tulus mencintaiku.

"Tuhan apa salah dan dosaku" hal ini yang selalu aku ucapkan tiap kali aku bersedih, olokan dari orang-orang terdekat disekitarku, sering sekali membuat telinga dan hatiku sakit mendengarnya, namun apa daya aku tak punya kuasa untuk membantah ucapan mereka semua padaku. Segala cara sudah aku lakukan, berdoa, berusaha membuka hatiku untuk pria yang ingin dekat denganku, namun tetap saja, tidak ada yang berkenan singgah ke hatiku ini. Terkadang terpintas dihati dan pikiranku mungkin aku kurang cantik, tidak seperti wanita lain diluar sana, aku tak begitu pandai merias diri seperti wanita kebanyakan, namun apakah hanya sebatas itu sajakah yang pria pikirkan tentang wanita? Selalu itu saja yang aku pertanyakan dalam hatiku. Namun seorang teman yang selalu ada untukku sejak kecil berkata padaku.


"Tidak perlu harus cantik, tidak perlu harus pintar berhias, untuk bisa membuat pria tertarik padamu, dengan ibadah, memiliki sifat yang baik, selalu menjadi wanita yang apa adanya, akan membuat banyak pria tertarik padamu, dan pada intinya jika ingin mendapatkan pria yang baik, maka harus bisa menjadi wanita yang baik pula" ucap Lidya (sahabatku).


Ucapan dan nasehat dari dirinya itu membuatku sedikit bersemangat, aku tetap berusaha memperbaiki sikap dan sifatku, tak lupa aku selalu berdoa dan berusaha untuk dapat bertemu dengan jodohku, hingga suatu ketika aku bertemu dengan seorang pria, yang ketika itu dia sedang tersesat, karena dia baru berkunjung ke kota Bandung, dia menanyakan alamat yang dia tuju kepadaku.

"Maaf mbak, aku boleh bertanya, alamat ini dimana ya?" Tanya pria itu padaku.

"Oh iya, kamu lurus aja, belok kiri itulah nama alamat yang kamu tuju, entar kamu coba tanya saja sama warga disekitarnya, untuk bisa mendapatkan rumah yang kamu tuju." Jawabku

Lalu dia berterima kasih kepadaku dan bergegas segera pergi, namun saat dia pergi dompetnya terjatuh, dan aku segera ambil dompetnya dan berusaha mengejarnya untuk mengembalikan dompetnya, namun tidak ku temukan pria itu.

"Cepat sekali pria itu jalannya, aku harus gimana dengan dompetnya ini?" Ucapku dalam hati.
Aku segera telpon Lidya sahabatku itu,
"Hallo lidya, lagi dimana posisimu?" Tanyaku.

"Aku dirumah baru selesai masak, ada apa  Tin?" Jawabnya.

"Aku minta tolong, ini aku temukan dompet, temenin aku dong buat cariin pemilik dompet ini." Pintaku.

"Aduh, tau orangnya gak?" Tanya lidya.

"Aku tau orangnya, tapi gak tau namanya, sebab tadi sebab ngobrol dia cuma tanya alamat aja." Jawabku.

"Oke deh, kamu lagi dimana posisinya sms kan aja alamatnya, entar aku susul kesana ya." Jawab lidya.

15 menit kemudian lidya datang dan kami pun ke alamat yang pria tanyakan tadi padaku. Pelan-pelan kami mencarinya, dan alhamdulillah ketemu juga saat dia berada di teras salah satu rumah warga sekitar. 

"Mas, maaf ini tadi dompetnya jatuh, waktu mas beranjak pergi." Ucapku.

"Oh iya, terima kasih mbak, aku tadi berpikir dompetku di copet orang, sebab kartu atm, ktp, dan surat-surat kendaraan ada disitu semua, oh ya perkenalkan namaku Hadi." Jawabnya (sambil ulurkan tangan).

"Saya tina dan ini teman saya lidya, baiklah kami permisi pulang dulu." Ucapku.

Aku dan lidya pun beranjak pergi, dan 1 minggu kemudian, kami bertemu kembali di salah satu toko buku, dan kami pun masih saling mengingat satu sama lainnya.

"Mbak Tina" sapanya.

"Mas Hadi, kebetulan sekali, sedang cari buku apa?" Tanyaku.

"Buku tentang memperdalam ibadah aja mbak, lagi sibuk gak mbak?" Tanyanya.

"Gak sibuk kok mas." Jawabku

"Gimana kalau kita ngopi sebentar, kalau mbak nya tidak keberatan sih." Pintanya.

"Ok, boleh aja kok" jawabku.

Dari pertemuan itu kami semakin akrab, kami langsung bertukar nomor hp, dan dia sering menelponku. Seiring berjalannya waktu, setelah 1 bulan kami dekat, dia sudah mulai menyatakan perasaannya padaku, aku seketika terkejut, dia pria baik dan tampan, juga ibadahnya rajin benarkah dia menyukaiku? Tanyaku dalam hati, rasa tak percayaku menjadi dikalahkan oleh keyakinannya yang langsung datang berkunjung kerumahku dan bertemu dengan kedua orang tuaku, dia melamarku, perasaan senang tak terhingga, tapi aku sangat bersyukur dia menunjukkan keseriusannya kepadaku, dan aku bersyukur punya sahabat seperti lidya yang selalu membangkitkan semangat hidupku untuk percaya bahwa jodohku pasti akan datang, jika sudah tiba saatnya, hanya saja aku harus terus bersabar dan belajar untuk menjadi lebih baik lagi.

Writter : N. Yahya

Related Posts: