Perjuangan Sang Menantu


Entah apa yang ada di pikiran mertuaku, semenjak aku menikah dengan putrinya, tak sedikit pun dia menganggap aku ada, mungkin karena pendidikanku yang tidak setara dengan menantu yang lainnya. Aku hanya lulusan SMA, sementara iparku lulusan sarjana, tapi biar gimana pun aku adalah menantu, suami dari salah satu putrinya. 

Aku memang pria yang tidak sempurna, yang tidak berpendidikan sarjana dan juga tidak memiliki ekonomi yang mapan, namun aku adalah pria yang bertanggung jawab, aku mencintai istriku dan insyaallah aku mampu memberi kehidupan dan menafkahi istriku. 

Selama ini aku dan istriku tinggal bersama ayah dan ibuku, namun setelah 2 tahun masa pernikahan kami, dan kami dikaruniai seorang putri, dan istriku sedang hamil anak ke 2 kami, aku dan istriku berencana untuk pindah dan hidup mandiri, karena dirumah orang tuaku sudah sangat ramai yang tinggal disana, aku hanya ingin memberikan kenyamanan untuk istriku dan anakku, namun aku belum memiliki uang yang cukup untuk menyewa rumah, karena itu mertuaku memberikan kami tempat untuk tinggal kami sementara.

8 tahun kami sudah menempati rumah mertuaku itu, akhirnya kami disuruh keluar dari rumah itu, dikarenakan fitnahan dari adik iparku yang mengadu domba antara aku dan mertuaku, segala tuduhan, fitnahan serta hinaan yang dilontarkan mereka padaku, aku sadar pendidikan yang rendah dan kehidupan yang miskin membuat mereka memandangku sebelah mata, hanya saja meskipun demikian aku tetap menghargai mereka sebagai mertuaku. Aku menghargai keluarga istriku, seperti mertuaku sudah kuanggap sebagai mertuaku, dan adik-adik dari istriku sudah kuanggap seperti adikku sendiri, namun apalah daya, tetap saja mereka tidak pernah menerimaku sebagai menantu mereka, beginilah kehidupan sebagai seorang menantu di dalam pikiranku saat ini, aku tidak bisa membalas bahkan membela diri dari tuduhan yang mereka berikan padaku, sebab aku menganggap mereka adalah orang tuaku juga, saat itu aku hanya mampu bersabar dan terus bersabar.

Aku membawa istri dan anakku keluar dari rumah itu, dan aku pun hanya sanggup menyewa rumah yang kecil dan kumuh, sebab aku tidak memiliki uang yang banyak untuk menyewa rumah. Namun meskipun demikian, aku sangat bersyukur karena aku memiliki istri dan anak yang tidak pernah mengeluh dengan kehidupan kami ini. Kesabaran dan ketabahan mereka serta keceriaan anak-anakku lah yang saat ini mampu membuatku tegar dan tetap terus semangat mencari rezeki untuk mereka. 

Seiring berjalannya waktu, dengan hidup mandiri, bukan berarti cobaan hidup kami berlalu begitu saja. Cobaan pun terus menghantui kehidupan rumah tangga kami, bukan hanya dari pihak keluarga istriku, kini dari pihak keluargaku pun begitu juga, mereka selalu saja senang sekali mengkambing hitamkan istriku dari segala masalah yang terjadi. Semenjak kedua orang tuaku meninggal, mereka selalu mengusik kehidupan keluargaku, istriku tidak pernah dianggap sebagai ipar, mereka lebih senang anggap istriku sebagai orang lain. Terkadang aku meratap miris kehidupan kami, namun selalu istriku memberikan aku kekuatan agar kami tetap bersabar dan selalu mendidik anak-anak kami dengan baik dan menebarkan hal-hal positif kepada mereka.

Seiring berjalannya waktu, anak kami sudah tumbuh dewasa menjadi gadis-gadis yang penyabar dan kuat sama persis seperti ibunya. Dan putriku yang pertama akan segera menikah, karena itu aku dan istriku sepakat untuk tidak akan membiarkan masa lalu yang suram kami alami sebisa mungkin tidak akan terjadi pada kehidupan anak kami. Bagi kami kelak jika kami memiliki menantu, kami akan menganggap menantu kami adalah anak kami juga, meskipun dia bukan terlahir dari rahim istriku, tetap kami anggap dia sebagai anak kami, bukan hanya sekedar menantu, sebab jika kami memiliki menantu pria, dia adalah pria pengganti diriku sebagai seorang ayah, dia lah yang akan menafkahi putri kami, yang akan memberikan kehidupan yang baru buat putri kami, dan dari mereka lah kami akan memiliki cucu yang lucu-lucu nantinya, dan jika kami memiliki menantu wanita, kami akan anggap dia sebagai putri kami juga, sebab dari dia lah akan lahir penerus keluarga kami, dialah yang akan mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik cucu kami nantinya.

Menantu kami bukanlah orang asing, tapi mereka adalah anak-anak kami juga nantinya, sebab dari mereka lah nantinya akan terlahir penerus baru yang akan menggantikan kami. Tidak ada pilihan diantara menantu maupun anak kandung, mereka tetap anak-anak kami, karena mereka bukanlah sekedar menantu.

Related Posts:

0 Response to "Perjuangan Sang Menantu"

Post a Comment